Showing posts with label mimbar jumat. Show all posts
Showing posts with label mimbar jumat. Show all posts
Menghidupkan Hati Yang Mati

Menghidupkan Hati Yang Mati

Hati mati disebabkan oleh terlalu mendahulukan dunia daripada akhirat, menuruti syahwat, senang berbuat maksiat, dan lain sebagainya. Lalu bagaimanakah cara menghidupkan hati yang mati?

menghidupkan hati mati

Pertama, mulailah dengan bersungguh-sungguh melakukan taubat. Alloh janji akan merubah keadaan mereka yang sungguh-sungguh bertaubat, "Yubaddilullohu sayyiaaatihim hasanaat" (QS. Al-Furqon : 70). Tadinya kotor menjadi bersih, tadinya hina menjadi mulia, tadinya mati menjadi hidup, tadinya hatinya keras menjadi lembut.

Kedua, banyak dzikir, istighfar dan sholawat. "Liyukhrijakum minazhzhulamaati ilannuuri" mereka yang banyak berdzikir, Alloh keluarkan dari kegelapan menuju cahaya-Nya" (QS. Al-Ahzab : 41-44). Rosululloh pun mengingatkan bahwa perbedaan hamba yang berdzikir dengan yang tidak, seperti orang yang hidup dengan yang mati.

Ketiga, menghidupkan sunnah-sunnah Nabi Muhammad saw. Seperti menegakkan sholat malam, tadabbur al-Qur'an, berjamaah di mesjid, sedekah, selalu menjaga wudhu, dan sebagainya. Lakukan semua dengan kesadaran, kecintaan kepada Rosululloh, dan lakukan istiqomah terus menerus, jangan putus, maka "Wa ashlaha baalahum" Alloh akan merubah keadaan mereka (QS. Muhammad : 2).

Keempat, dan yang paling utama adalah serius taat. Maka akan banyak keajaiban pada hamba Alloh yang sungguh-sungguh taat, "Barang siapa yang bertaqwa dengan sungguh-sungguh, maka Alloh akan tunjukkan jalan keluar dari masalahnya, dan rizki yang tidak pernah ia duga" (QS. Ath-Tholaq : 2-3).

Alangkah indah dan bahagianya jika hati yang mati bisa hidup kembali.

Read More
Jadi Haji atau Haji Jadi

Jadi Haji atau Haji Jadi

Jadi Haji atau Haji Jadi
Jadi haji atau haji jadi merupakan sebuah barometer untuk mengukur mabrur atau mardud nya ibadah haji seseorang.

Dewasa ini dengan berbagai sarana yang tersedia, cukup mudah bagi siapapun untuk bisa menyandang predikat haji. Asalkan punya  uang (mampu) untuk berangkat ke Mekah pada musim haji, mengikuti manasik haji yang telah ditetapkan, maka pulang dari sana sudah bisa menyandang titel terhormat sebagai pak haji, bu haji, kang haji, neng haji dan berbagai sebutan terhormat lainnya.

Rasulullah SAW menyatakan bahwa ibadah haji mengandung nilai jihad yang tinggi karena didalamnya terkandung seluruh dimensi ibadah yang terdiri dari jasadiyah (fisik), maaliyah (harta) dan ruhiyah (jiwa). Diantara ketiga faktor tersebut, faktor ruhiyah lah yang paling banyak menentukan Jadi Haji atau Haji Jadi.

Umar bin Khattab pernah memberikan sebuah sinyalemen : “Pelancongnya banyak, sedangkan yang menunaikan haji sangat sedikit!” Artinya secara kuantitas yang pergi melakukan ibadah haji memang banyak setiap tahunnya tetapi yang benar-benar melakukan ibadah haji sangat sedikit.

Sehingga tidak sedikit, sepulang dari ibadah haji pelitnya masih belum mau berhenti, sikap pemarahnya tidak diredam, tetap malas berjamaah di mesjid dan perbuatan tercela lainnya masih dilakoni.

Sedangkan dalam ajaran Islam, salah satu tanda sebuah amal ibadah diterima Allah SWT adalah hasil ibadah itu akan melahirkan kebaikan dan kebajikan, baik yang berupa ibadah ritual individual atau amal ibadah sosial.

Pada ibadah haji, yang menjadi ukuran kemabruran adalah seberapa jauh pelakunya melahirkan kesadaran moral spiritual yang menimbulkan semangat untuk melakukan kebaikan dan kebajikan. Dengan kata lain, seberapa jauh ibadah haji mendorong terjadinya perubahan pada dirinya, beralih dari sikap negatif kepada nilai-nilai positif. 

Apabila keburukan akhlak yang dimiliki tetap ada pada dirinya, sungguh sayang pengorbanan materi yang telah dikeluarkan begitu besar, uang habis dan badan sakit sedangkan hajinya mardud (ditolak).

Jadi haji atau haji jadi bisa dilihat dari aktivitas seseorang setelah melaksanakan ibadah haji. Jika setelah ibadah haji tetap tidak ada perubahan atau peningkatan dalam ibadah ritual maupun sosialnya, maka itulah yang disebut sekedar Jadi Haji. Sebaliknya, jika setelah ibadah haji shalat berjamaah di mesjid makin rajin, ibadah sosialnya makin meningkat, inilah Haji Jadi alias hajinya makbul dan mabrur.

Rasulullah SAW bersabda :
“Dari umrah ke umrah adalah penghapus dosa diantaranya. Dan haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga”. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah ra)

Read More
Hikmah Qurban

Hikmah Qurban

Hikmah Qurban
Qurban secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab, yakni Qaraba, Yaqrabu, Qurban wa qurbanan wa qirbanan yang artinya dekat. Jadi, qurban berarti mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mengerjakan sebagian perintah-Nya. Qurban dalam pengertian kita sehari-hari sebenarnya diambil dari kata udhhiyah yakni bentuk jama’ dari kata ”dhahiyyah” yaitu sembelihan pada waktu dhuha tanggal 10 sampai dengan 13 Dzulhijjah.
Dengan demikian yang dimaksud dengan qurban adalah penyembelihan hewan dengan tujuan beribadah kepada Allah pada hari raya Idul Adha dan tiga hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.

Setiap ibadah dalam Islam tentu mengandung hikmah, adapun Hikmah Qurban adalah :

1. Bukti nyata bersyukur, “Supaya mereka menyebut nama Allah atas apa yang Allah rizkikan kepada mereka berupa binatang ternak….” (QS. Al Hajj : 34) 

2. Bukti sebagai hamba bertaqwa, “Daging dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya…” (QS. Al – Hajj : 37)

3.  Berhak beribadah kepada Allah, “Barang siapa yang mempunyai keluasan (harta) dan tidak mau berqurban, maka janganlah mendekati tempat shalat kami!” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Al Hakim, Ad Daruquthni dan Al Baihaqi) 

Hikmah Qurban

4.  Meraih ampunan dosa, ”Fatimah, berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa-dosa yang kamu lakukan..." (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi) 

5.  Pahala besar, "Pada tiap-tiap lembar bulunya itu kita memperoleh satu kebaikan" (HR. Ahmad dan Ibnu Majah), 

6. Hewan qurban bersaksi, “Sesungguhnya ia (hewan qurban) akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku dan bulu-bulunya. Dan sesungguhnya darah hewan qurban akan jatuh pada sebuah tempat didekat Allah sebelum darah mengalir menyentuh tanah. Maka berbahagialah jiwa dengannya". (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim). 


Read More
Allah Tidak Akan Tinggalkan Kita

Allah Tidak Akan Tinggalkan Kita

Allah tidak akan tinggalkan kita, ucapan yang akan keluar dengan penuh keyakinan dari mulut orang yang senantiasa menjaga hubungannya dengan Allah siang malam.

Allah Tidak Akan Tinggalkan Kita

Selama kita menjaga malam dengan tahajjud dan siang kita jaga dengan shalat dhuha “maa wadda’aka robbuka” Sungguh Allah tidak akan tinggalkan kita, Allah akan menjaga kita siang malam sebagaimana kita menjaga hubungan dengan Allah siang malam.

Firman Allah SWT : 

Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tidak meninggalkan kamu dan tidak pula benci kepadamu (QS. Adh-Dhuha : 1-3)

Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji (QS. Al-Isra : 79)

Mari jaga siang dan malam kita dengan shalat dhuha dan tahajjud.

Read More
Di Bawah Satu Komando

Di Bawah Satu Komando

di bawah satu komando
Seperti halnya tentara, maka begitu pula dengan tubuh manusia yang berada di bawah satu komando yaitu hati.

Ketika seseorang ditawari sesuatu kadang berkata “itu pun bila cocok dengan hati” padahal yang akan ditawarkan itu secara fisik tidak ada hubungannya dengan hati, melainkan untuk dipakai di kaki, seperti kelom geulis misalnya.

Itu menandakan bahwa yang dilakukan dan dirasakan oleh anggota tubuh kita, semuanya berada di bawah kontrol hati. Sehingga apa yang ada dalam hati akan terealisasi pada seluruh anggota tubuh, baik melalui ucapan, tulisan, raut wajah maupun perbuatan. Ibarat sebuah teko yang berisi air, jika air yang didalam adalah air teh maka yang akan dikeluarkannya pun adalah air teh.

Sabda Nabi Muhammad SAW :

Ingatlah bahwa di dalam jasad terdapat segumpal daging. Jika baik, maka baiklah seluruh jasad. Jika rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, bahwa (segumpal daging) itu adalah hati (H.R Bukhari dan Muslim)

Karena itu, jagalah hati dengan membersihkannya dari segala noda dan penyakit. Alat pembersih hati tiada lain adalah memperbanyak dzikir (ingat) kepada Allah SWT.

Firman Allah SWT :

Ingatlah, dengan berdzikir hati menjadi tenang (Q.S.  Ar-Ra’d : 28)

Sabda Nabi Muhammad SAW :

Setiap segala sesuatu ada alat pembersihnya. Dan alat untuk membersihkan hati adalah dzikrullah

Di bawah satu komando akan sukses membawa kebaikan kebahagiaan hidup dunia akhirat, jika sang komandannya (hati) telah bersih dari segala noda dan penyakit.

Read More
Cucilah 4 Perkara dengan 4 Perkara

Cucilah 4 Perkara dengan 4 Perkara

Cucilah 4 Perkara dengan 4 Perkara
Allah SWT menyeru kita untuk menyegerakan taubat. Allah menghendaki hamba-Nya memperoleh ampunan dan surga. Dia maha penyayang kepada hamba-hamba yang beriman kepada-Nya.

Allah SWT berfirman :

Dan bersegeralah menuju ampunan Tuhanmu (QS. Ali Imran : 133)

Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha (QS. At-Tahrim : 8)

Dan Allah menyeru kalian kepada surga dan ampunan dengan izin-Nya (QS. Al-Baqarah : 221)

Nabi Muhammad SAW bersabda :

Sungguh Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat kepada-Nya daripada (kegembiraan) seseorang yang menunggang untanya di tengah gurun sahara yang sangat tandus, lalu unta itu terlepas membawa lari bekal makanan dan minumannya. Ia putus harapan untuk mendapatkannya kembali. Kemudian dia menghampiri sebatang pohon lalu berbaring di bawah keteduhannya karena telah putus asa mendapatkan unta tunggangannya tersebut. Ketika dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia mendapati untanya telah berdiri di hadapannya. Lalu segera ia menarik tali kekang unta itu sambil berucap dalam keadaan sangat gembira: Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu." Dia salah mengucapkan karena sangat gembira. (HR. Muslim)

Ulama ahli ma’rifat menyatakan :

Cucilah 4 perkara dengan 4 perkara yang lain, yaitu :
1.    Cucilah wajahmu dengan air matamu
2.    Cucilah lisanmu dengan dzikir
3.    Cucilah hatimu dengan rasa takut kepada Tuhanmu
4.    Cucilah dosamu dengan tobat kepada Allah

Read More
Panggilan Mana Yang Sering Kita Penuhi?

Panggilan Mana Yang Sering Kita Penuhi?

Abu Bakar Sidiq ra berkata;
Sesungguhnya iblis berdiri di hadapanmu, sementara nafsu berada di kananmu, hawa nafsu yang buruk ada di sebelah kirimu, dunia ada di belakangmu, anggota badanmu ada di sekelilingmu, dan Allah yang memaksa di atasmu.

Iblis laknat menyerumu untuk meninggalkan agama dan nafsu amarah mengajakmu untuk bermaksiat, nafsu yang lainnya mendorongmu kepada kehendak yang bermacam-macam, dunia mendorongmu agar mementingkan dunia dan melalaikan urusan akhirat, anggota tubuhmu mengajak berbuat dosa, sedangkan Allah yang Maha Perkasa menyerumu untuk mengerjakan amal yang dapat mengantarkan kamu masuk surga dan mendapatkan ampunannya.

Barangsiapa memenuhi panggilan iblis, maka hilanglah agamanya.
Barangsiapa yang memenuhi panggilan nafsu amarah, maka hilanglah jiwanya yang suci.
Barangsiapa memenuhi kehendak dirinya, maka hilanglah akalnya.
Barangsiapa memenuhi panggilan dunia, maka hilanglah urusan akhiratnya.
Barangsiapa yang memenuhi keinginan anggota tubuhnya, maka hilanglah surga darinya.
Barangsiapa yang memenuhi panggilan Allah, maka hilanglah kejelekan-kejelekannya dan dia akan memperoleh segala kebaikan.

Jadi, panggilan mana yang sering kita penuhi? Jawabannnya ada dalam diri kita masing-masing.
Read More
Meraih Gelar Muttaqin

Meraih Gelar Muttaqin

Meraih Gelar Taqwa
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi (yang penuh kebahagiaan) di sisi Tuhan Yang Berkuasa. (QS. Al-Qamar : 54-55)

Orang yang ingin meraih gelar muttaqin, harus memiliki tanda-tanda sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quran.

1. Surat Al-Baqarah ayat 2 - 5 : 
  • Beriman pada yang ghaib
  • Mendirikan salat
  • Menafkahkan sebagaian rezeki yang Allah kurniakan kepadanya
  • Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw) dan sebelum mu.
  • Yakin kepada hari akhirat 

2. Surat Al-Baqarah ayat 177 :
  • Beriman kepada Allah, hari akhirat, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
  • Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (orang dalam perjalanan), orang yang meminta-minta.
  • Membebaskan perbudakan
  • Mendirikan salat
  • Menunaikan zakat
  • Memenuhi janji bila berjanji
  • Bersabar dalam kesengsaraan, penderitaan dan dalam waktu peperangan.

3. Surat Ali 'Imraan ayat 133 – 135 :
  • Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang maupun sempit
  • Orang-orang yang menahan amarahnya
  • Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain
  • Orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya, mereka ingat kepada Allah dan memohon ampun atas dosa-dosanya.
  • Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu

Sayyidina Usman ra, pernah berkata : Bahwa tanda-tanda orang yang taqwa itu ada lima :
  1. Tidak suka bergaul kecuali dengan orang-orang yang baik agamanya. Tidak suka bergaul kecuali dengan orang-orang yang bisa mengekang hawa nafsu syahwat dan lisannya dari perbuatan haram.
  2. Apabila mendapat keuntungan yang bersifat duniawiyah dianggap satu kerugian. Sebab kebanyakan manusia ketika mendapat keuntungan dunia, seperti naik pangkat, jadi orang kaya dan sebagainya, mereka suka melupakan Allah SWT.
  3. Apabila mendapat sedikit dari ilmu agama, mereka merasa mendapat satu keuntungan yang sangat besar.
  4. Apabila makan tidak sampai kenyang, tapi mereka suka berhenti makannya sebelum kenyang.
  5. Mereka memiliki prinsip bahwa dirinya berada pada golongan yang celaka dan mereka memiliki prinsip bahwa semua manusia selamat dari api neraka. Hal ini mengandung arti bahwa mereka tidak mempunyai rasa sombong atau merasa diri paling benar, orang lain tidak.
Masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran dan Hadits yang menjelaskan tanda-tanda orang yang taqwa sebagai pedoman dan panduan untuk kita bisa Meraih Gelar Muttaqin.

Semoga bermanfaat ....

Read More
Belajar Pada Ayam

Belajar Pada Ayam

Belajar Pada Ayam
Pada postingan berkategori Mimbar Jumat kali ini, saya akan berbagi apa yang saya dapatkan dari mengikuti Majelis Dzikir dan Ilmu pada hari kemarin, Kamis (30/08/2012). Berikut adalah paparannya :

Alkisah diceritakan ada dua orang anak yang sedang bertengkar memperdebatkan satu pertanyaan yaitu “Siapa yang paling dulu ada, ayam atau telur?“ Anak A menjawab ayam dulu karena telur tidak akan ada kalau tidak ada ayam. Sementara anak B ngotot menjawab telur dulu, karena ayam berasal dari telur, mana mungkin ayam ada kalau tidak ada telur begitu jawabannya. Kemudian datanglah seseorang yang melerai perdebatan kedua anak tersebut, orang itu berkata : “Anak-anak apa yang kamu jawab tadi dua-duanya tidak ada yang salah, sekarang kakak mau nanya nih…….jawab yang jujur yah…., siapa yang paling  dulu bangunnya, kamu atau ayam ayoooo…..jawab? Anak-anak itu menjawab dengan polosnya,  ayaaamm……….. Kira-kira jawaban kita apa yahhh…….? 

Sahabat blogger, betapa malunya kita sama hewan yang bernama “Ayam”, padahal  kita tahu ayam rumahnya dari bambu, makanan yang dimakannya sisa dari makanan kita, buang hajatnya dimana saja, kakinya tidak pakai sandal apalagi sepatu, tapi Subhanallah… jika kita perhatikan ternyata si ayam ini tidak pernah tidur, orang suka menyebutnya “Tidur Ayam“ artinya tidur yang tidak lelap atau tidak lena.

"Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji" (QS. Al-Isra :79 ).

Apakah kita tidak malu yang katanya mahluk yang sempurna, namun ketika Allah memerintahkan untuk bangun shalat Tahajud, malah membuat pulau di bantal? Guru saya (K.H. Abdul Gaos Saefullah Al-Maslul) mengatakan : “Kalau ingin punya kedudukan harus banyak duduk”. Maksudnya, bukan duduk main kartu atau nonton sinetron, tapi duduk di atas sajadah berdzikir kepada Allah Swt. 

Mengapa orang malas untuk bangun dan melakukan shalat malam (tahajud)? Padahal keutamaannya begitu besar? Mungkin ini jawaban yang akan mewakili kebanyakan orang :

  1. Biarin aja, kan tahajud itu shalat sunnah, jika ditinggalkan juga tidak menjadi dosa
  2. Habis kalau saya bangun malam, nanti di kantor ngantuk, di sekolah ngantuk, di pabrik ngantuk,  jangan-jangan makan juga sambil ngantuk he…he…kagak kali….
  3. Ah…..saya juga tidak tahajud, uang punya, rumah megah, kendaraan bagus, tuh lihat ustadz itu… tahajudnya tak pernah ketinggalan, dzikir, mengaji, membaca al-Qurannya istiqomah. Tetap saja hidupnya susah alias melarat, kacian deehhhh

Mungkin masih banyak alasan lain yang menghalangi untuk kita ber-shalat tahajud. Nah…..sekarang yuk kita belajar pada ayam!

Mengapa ayam bisa bangun dini hari, sedangkan kita terlelap tidur dibuai mimpi indah? Karena ayam terlahir dua kali, mula-mula dari yang mati (telur) kemudian lahir yang hidup (ayam).

Berkata Nabi Isa as : “Manusia tidak akan bisa menembus pintu langit (alam malakut) jika tidak dilahirkan dua kali seperti burung yang lahir dua kali”

Makanya, kita pun harus mengalami dilahirkan dua kali. Pertama secara jismaniyah terlahir dari perut ibu sebagai manusia pilihan, sebab kurang lebih 300 juta sel telur yang masuk, hanya satu yang menjadi manusia yaitu kita. Kedua kita harus berusaha dilahirkan kembali secara ruhaniyah yaitu dilahirkan melalui dzikirullah yang ditanamkan dalam hati kita, sehingga mata hati kita terbuka dan tembus pandang kepada Allah setiap kali melihat ciptaan-Nya.

Demikianlah, semoga bermanfaat...

Read More
Idul Fitri Sebagai Proses Kembali Ke Sang Maha Pencipta

Idul Fitri Sebagai Proses Kembali Ke Sang Maha Pencipta

Idul Fitri Sebagai Proses Kembali Ke Sang Maha Pencipta
Jika kita telusuri ke belakang, pangkal mula pengertian Idul Fitri ialah ajaran dasar agama bahwa manusia diciptakan Allah dalam fitrah kesucian dengan adanya ikatan perjanjian antara Allah dan manusia sebelum manusia itu lahir ke bumi. Perjanjian primordial itu berbentuk kesediaan manusia dalam alam ruhani untuk mengakui dan menerima Allah, (Tuhan Yang Maha Esa), sebagai "Pangeran" atau "Tuan" baginya yang harus dihormati dengan penuh ketaatan dan sikap berserah diri yang sempurna (Islam). Hal ini digambarkan dalam al-Qur'an, demikian :

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengambil dari anak-cucu Adam, yaitu dari pungung-punggung mereka, keturunan mereka dan dia mempersaksikan atas diri mereka sendiri, "Bukankah Aku ini Tuhan kamu? ‘ Mereka semua menjawab :” Benar, kami bersaksi”. Demikianlah, supaya kamu tidak berkata kelak pada hari kiamat : "sesungguhnya kami lalai tentang hal ini” (QS Al A 'raf 7 : 127)

Karena setiap jiwa manusia menerima perjanjian persaksian itu, maka setiap orang dilahirkan dengan pembawaan alami untuk "menemukan" kembali Tuhan dengan hasrat berbakti dan berserah diri kepada-Nya ("ber-islam"). Melalui wahyu kepada Rasulnya, Allah mengingatkan akan adanya perjanjian itu, akan kelak di hari kiamat, ketika setiap jiwa menyaksikan akibat amal perbuatannya sendiri yang tidak menyenangkan, dikarenakan tidak mengenal Tuhannya, janganlah mengajukan gugatan kepada Tuhan dengan alasan tidak menyadari akan adanya perjanjian itu. Sebab, terkias dengan dunia bawah sadar dalam susunan kejiwaan kita, perjanjian primordial tersebut tidak dapat kita ketahui dan rasakan dalam alam kesadaran, tetapi tertanam dalam bagian diri kita yang paling dalam, yaitu ruhani kita. Maka kita semua sangat rawan untuk lupa dan lalai kepada kenyataan ruhani.

"Sesungguhnya merugilah orang-orang yang mendustakan akan menemui Allah sehingga apabila datang Hari Berbangkit dengan tiba-tiba mereka berkata : "Aduhai penyesalan kami atas kelengahan kami (karena tidak mau menemui Allah ketika masih hidup) di dunia" Sungguh mereka memikul dosa, amat berat apa yang mereka pikul itu ". (QS Al An 'am 6 : 31)

Biarpun jauh sekali berada dalam bagian-bagian dasar kedirian kita, yang berhubungan dengan alam kejiwaan bawah sadar, namun karena adanya perjanjian primordial itu maka kesadaran kita tetap mempengaruhi seluruh hidup kita. Adanya perjanjian primordial itu, yang sama dengan alam bawah sadar, merupakan asal muasal pengalaman tentang kebahagiaan dan kesengsaraan. Kita dapat periksa secara analitis kedirian kita yang terdiri dari paling tidak tiga jenjang kewujudan : pertama, wujud kebendaan atau jasmani (jimani, fisiologis); kedua, wujud kejiwaan atau nafsani (nafsani, psikologis); dan ketiga, wujud kesukmaan atau ruhani (ruhani, spiritual). Pengalaman bahagia atau sengsara yang berpangkal dari keberhasilan atau kegagalan memenuhi perjanjian dengan Tuhan adalah merupakan pengalaman ruhani.

Keutuhan atau keterpecahan psikologis merupakan pangkal pengalaman senang atau susah yang lebih tinggi dan mengatasi perasaan nyaman dan tidak nyaman oleh keadaan badan yang sehat atau sakit. Dan pengalaman bahagia atau sengsara dalam dimensi ruhani mengatasi dan lebih tinggi dari pada pengalaman manapun, psikologis, apalagi fisiologis, hidup manusia. Jadi juga lebih hakiki, lebih abadi, dan lebih wujud dari pada lain-lainnya itu.

Semua pengalaman fisiologis nyaman atau tidak nyaman, pengalaman psikologis senang atau tidak senang, dan pengalaman spiritual bahagia atau tidak bahagia selalu terkait dengan terpenuhi atau tidak terpenuhi hasrat untuk kembali kepada asal. Sejak dari bayi yang merindukan ibunya dan merasa tenteram setelah berkumpul dengan ibunya itu, sampai kepada kerinduan setiap orang untuk berkumpul dengan keluarganya dan kembali ke kampung halaman tempat ia dilahirkan atau dibesarkan (yang merupakan dasar kejiwaan dorongan "mudik", saat lebaran), hasrat untuk kembali ke asal itu langsung berkaitan dengan pengalaman-pengalaman mendalam pada masing-masing diri manusia.

Hasrat untuk kembali yang paling hakiki ialah hasrat untuk kembali menemui Tuhan, asal segala asal hidup manusia. Terkias dengan hasrat seorang anak untuk kembali kepada orang tuanya yang diwujudkan dalam keinginan naluriah untuk berbakti kepada keduanya, hasrat untuk kembali kepada Tuhan juga disertai dengan keinginan naluriah untuk berbakti atau menghambakan diri ('abda, ber-ibadah) dan berserah diri (aslama, ber-Islam) kepada-Nya. Tidak ada bakat atau pembawaan manusia yang lebih asli dan alami dari pada hasrat untuk menyembah dan berbakti. Karena itu semua, maka ada ungkapan suci, "Kita semua berasal dari Allah dan kita semua kembali kepada-Nya" (QS 2:156). Karena itu wajar sekali bahwa seruan dalam Kitab Suci agar semua manusia kembali (ber-inabah) kepada Tuhan sekaligus dibarengi dengan seruan untuk berserah diri (ber-islam) kepada-Nya.

Sumber: http://risallah-hati.blogspot.com

Read More
Idul Fitri dan Hikmah Ibadah Puasa

Idul Fitri dan Hikmah Ibadah Puasa

Idul Fitri dan Hikmah Ibadah Puasa
Idul Fitri adalah hari suka cita, suka cita bukan karena banyaknya makanan atau memakai baju baru, tapi suka cita, karena kita telah selesai melaksanakan perintah Allah, yaitu ibadah puasa Ramadhan, dengan penuh harapan semoga ibadah puasa kita diterima oleh Allah Swt sehingga jadi wasilah untuk meraih ridha dan maghfirah-Nya.

Meskipun puasa kita laksanakan hanya sebulan, tapi hikmahnya semoga bisa terasa selama setahun, bahkan selama kita masih hidup di dunia serta diteruskan sampai ke alam akhirat. Sehingga dimana kita berjumpa dengan Allah Swt kelak, dalam keadaan Allah ridha kepada kita dan kita pun ridha pada-Nya.

Begitu juga, hikmah dari ibadah puasa bukan hanya untuk kita sendiri saja, namun harus mempunyai nilai sosial, yang terasa nikmat serta manfaatnya bukan oleh kita saja tapi juga oleh khalayak banyak, yang menjadi anggota masyarakat. 

Kalau bagi seorang pemimpin, hikmah dari puasa bisa terlihat dan terasa oleh anak buahnya, berupa nasihat yang membawa pada keselamatan, kemaslahatan dan kesejahteraan yang merata. Bagi anak buah atau rakyat terlihat dari ketaatan dan kepatuhan kepada pemimpinnya. Bagi yang kaya yang dititipi harta akan terlihat dan terasa kedermawanannya kepada yang membutuhkan. Buat pedagang akan lebih berhati-hati dalam urusan jual beli, tidak akan berani lagi menjual dengan timbangan yang ringan, membeli dengan timbangan yang berat. Untuk petani akan lebih waspada terhadap urusan batas tanah, tak akan berani lagi mencangkul pematang orang lain sehingga tanahnya bertambah luas. Tegasnya hikmah dari ibadah puasa, adanya perubahan dari yang jelek kepada yang baik. 

Yang disebut benar dan baiknya ibadah, bukan hanya dilihat dari cara dan tempat serta waktunya saja, tapi bisa dilihat dari hikmahnya dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun caranya benar menurut sunnah, tapi hikmahnya tidak terasa maka ibadah tersebut belum tentu bisa diterima oleh Allah Swt. Sebagaimana diterangkan dalam sebuah riwayat, bahwa ada seorang wanita yang rajin shalat, baik yang fardhu maupun yang sunnah. Para sahabat menilai wanita tersebut akan menjadi ahli surga. Sebab dilihat dari rajinnya melaksanakan shalat. Tapi, menurut Rasulullah Saw wanita tersebut bukanlah calon ahli surga melainkan calon ahli neraka. Para sahabat kaget, lalu bertanya pada Rasulullah tentang alasannya, Rasulullah Saw menjawab, bahwa wanita tersebut meskipun rajin shalat, tapi suka menyakiti atau menganggu tetangganya. Hal ini menunjukkan bahwa shalat yang dilakukan oleh wanita tersebut, hanya sekedar memperhatikan cara, tempat dan waktunya saja. Tidak memperhatikan hikmahnya shalat, yaitu akhlak yang baik dan mulia terhadap tetangga, selaku teman hidup sehari-hari.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim disebutkan : “Empat macam sifat yang barangsiapa ada padanya keempat macam sifat itu, berarti dia orang munafik tulen. Dan barangsiapa yang ada padanya sebahagian daripada sifat-sifat tersebut berarti ia mengandung sebahagian daripada sifat munafik sehingga ia mau meninggalkannya. Apabila dia berbicara, berdusta. Apabila dipercaya, khianat. Apabila berjanji ia menyalahi akan janjinya. Dan apabila bertengkar, berbuat curang”

Dalam hadits  tersebut kita bisa mengetahui, bahwa baik dan benarnya ibadah, bisa dilihat dari hikmahnya yang terlihat dan terasa saat bergaul dalam kehidupan sehari-hari dengan sesama. 

Khusus untuk ibadah puasa, Allah Swt memberitahu tujuannya, yaitu supaya orang-orang yang beriman menjadi orang-orang yang takwa. La’allakum tattaquun. Memang pada bulan Ramadhan, suasana ketakwaan terlihat dan terasa oleh kita semua. Orang yang sedang melaksanakan puasa mampu menahan dirinya dari segala perbuatan yang diharamkan oleh Allah Swt, dan memaksakan diri untuk melaksanakan segala yang diperintahkan Allah Swt dan Rasul-Nya. Mesjid-mesjid makmur, penuh dengan jamaah shalat tarawih, pada waktu sahur dan subuh ramai membaca al-Quran melalui pengeras suara, kotak-kotak amal penuh dengan uang dari sedekah dan infak, artis-artis turut serta memberi ceramah agama, malah mendadak memakai tudung. Di radio, di TV penuh dengan acara yang bernuansa Islami, itu semua tidak bisa ditolak merupakan suasana ketakwaan. Tapi suasana ketakwaan yang diharapkan oleh Allah tentunya bukan hanya saat Ramadhan saja, tapi harus tetap selamanya, selama kita masih hidup di alam dunia.

Mudah-mudahan Idul Fitri dan ibadah puasa Ramadhan tahun ini, bisa mengantarkan kepada tumbuhnya kesadaran dalam diri kita, sehingga hikmahnya tidak sekedar pahalanya saja, tetapi lebih dari itu, memiliki kekuatan untuk merubah sikap dan tingkah laku yang tidak sepadan dengan agama menjadi sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Sehingga membawa kepada keselamatan dunia dan akhirat.

Read More
Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah

Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah

Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah
Ramadhan telah memasuki 10 hari terakhir, selain ibadah puasa dan ibadah yang lainnya ada satu lagi kewajiban bagi umat Islam yaitu mengeluarkan Zakat Fitrah

Zakat Fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu lelaki dan perempuan muslim yang berkemampuan pada bulan Ramadhan dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Sedangkan besar zakat fitrah yang dikeluarkan menurut para ulama adalah sesuai penafsiran terhadap hadits yaitu sebesar satu sha' (1 sha'=4 mud, 1 mud=675 gr) atau kira-kira setara dengan 3,5 liter atau 2.5 kg makanan pokok atau yang biasa dikonsumsi di daerah bersangkutan.

Penerima zakat fitrah secara umum ditetapkan dalam 8 golongan/asnaf, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah ayat 60 :

“Sesungguhnya, zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah.”

Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah :

  1. Waktu yang paling tepat adalah mulai dari terbit fajar pada hari ‘Idul Fithri hingga dekat waktu pelaksanaan shalat ‘ied.
  2. Waktu yang dibolehkan yaitu satu atau dua hari sebelum ‘ied.
  3. Boleh juga dibayarkan sejak awal Ramadhan

Bacaan Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah Untuk Diri Sendiri :

“Nawaitu an ukhrija zakatal fithrati ‘an nafsi fardhan ‘alayya lillahi ta’ala”
Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri, wajib atasku karena Allah ta’ala.

Bacaan Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah Untuk Keluarga :

“Nawaitu an ukhrija zakatal fithrati ‘an nafsi wa ahli……fardhan ‘alayya lillahi ta’ala”
Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah, bagi diriku dan keluargaku (sebutkan namanya satu persatu; istri, anak-anak dan yang menjadi tanggungan) wajib atasku karena Allah Ta’ala.

Bacaan Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah Untuk Orang lain :

“Nawaitu an ukhrija zakatal fithrati li…fardhan lillahi ta’ala”
Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah bagi… ( namanya) karena Allah ta’ala.

Bacaan Doa Menerima Zakat Fitrah :

“Ajarakallahu fiimaa  a’thaita wa baaraka fiimaa abqaita waja’ala laka thahuuraa”
Semoga Allah Membalas apa yang engkau beri dan memberkahi harta yang engkau sisakan dan menjadikannya harta yang bersih untukmu.

Read More
Nuzuulul Quran : Bacaan dan Perkembangannya

Nuzuulul Quran : Bacaan dan Perkembangannya

Nuzuulul Quran : Bacaan dan Perkembangannya

Pada postingan Mimbar Jumat kali ini, saya ingin berbagi pengetahuan tentang al-Quran yang saya dapat dari halaman Facebook KH Muchtar Adam, beliau adalah Dewan Pembina di Pondok Pesantren Babussalam, Bandung Jawa Barat. Alhamdulillah beliau telah mengizinkan saya untuk menyalinnya di blog Dunia Info dan Tips ini dan hanya sedikit sekali yang saya tambahkan.

Ramadhan disebut bulan al-Quran, karena didalamnya ada peristiwa besar bagi umat Islam, yaitu Nuzuulul Quran (Turunnya al-Quran). Sehingga salah satu amalan sunnah bulan Ramadhan yang utama adalah tadarrus al-Quran. Al-Quran diturunkan oleh Allah dalam 3 tahapan yaitu :
  1. Dari Allah ke Lauhil Mahfudz yang semua orang tidak tahu kapan, tanggal, bulan, dan tahunnya. Diturunkannnya secara sekaligus (jumlatan wahidatan).
  2. Dari Lauhil Mahfudz ke Bait al-'Izzah (langit dunia) pada waktu Lailatul Qadar di bulan Ramadhan, namun tanggalnya tak diketahui. Surat Al-Qadr ayat 1 dan Al-Baqarah ayat 185 adalah ayat yang menunjukkan turunnya Al-Quran dari Lauhil Mahfudz ke Bait al-'Izzah. Diturunkannnya secara sekaligus (jumlatan wahidatan).
  3. Dari Bait al-'Izzah kepada Rasulullah Saw. Penurunannya tidak sekaliigus, namun berangsur-angsur berdasarkan kebutuhan, peristiwa, atau kejadian atau bahkan permintaan lewat malaikat jibril. Ayat pertama turun tepat pada tanggal 17 Ramadhan, surat Al-‘Alaq ayat 1-5. 

7 Macam Bacaan Al-Quran (Qiraah Sab’ah)


إن هذا القرآن أنزل على سبعة أحرف فالقرؤا ما تيسر منه
"Sesungguhnya al-Quran ini diturunkan dengan 7 macam bacaan, maka hendaklah kalian membaca dengan cara yg mudah dari padanya." 

Cara-cara yang diajarkan Nabi itu berasal dari Malaikat Jibril. Hal ini sesuai dengan hadits yg diriwayatkan oleh Bukhari yg artinya : “Malaikat Jibril telah membacakan kepadaku dengan satu cara bacaan, tetapi kami memohon mengulanginya, sehingga aku selalu minta mengulanginya maka dia selalu menambah bacaan kepadaku sehingga sampai berjumlah 7 bacaan.” 

Pakar 7 ahli qiraah itu : 
  1. Madinah : Imam Nafi'bin A.Rahman. Perawinya : Qulun Abu Musa Isa bin Mina dan Warasy Abu Sa'id Utsman bin Sa'id.
  2. Kufah : Abu Bakar 'Ashim bin Abi Nujud al-Asadi. Perawinya : Abu Syu'bah bin Ilyas dan Abu Amar Hafasy bin Sulaiman.
  3. Kufah : Hamzah bin Habib al-Timi. Perawinya : Abu Muhammad dan Abu Isa
  4. Syam : 'Abdullah bin Amir. Perawinya : Al-Bazzidan Qunbul.
  5. Makkah : Abu Ma'bad 'Abdullah bin Katsir. Perawinya : Abu Bakar Abu Amar.
  6. Bashrah : Abu Amr. Perawinya Al-Durawi Abu Amr Hafas dan AlSusi.
  7. Kufah : Abu Hasan Ali bin Hamzah al-Kisai. Perawinya : Abdul Harisal-Laits. 

Tujuh qiraah ini sangat populer di kalangan ahli quran dengan sebutan “Qiraah Sab’ah”  Sampai saat ini diakui sebagai qiraah yang memiliki derajat mutawatir dan sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw.

Imam Al-Maliki mengatakan, ada 2 alasan mengapa dinamakan qiraah sab’ah, yaitu 
  1. Khalifah Ustman ketika mengirim copy mushhaf ke daerah-daerah itu jumlahnya 7 buah yang masing-masing disertai dengan ahli qiraah yang mengajarkannya yang berjumlah 7.
  2. 7 qiraah itu adalah sama dengan 7 cara (dialek) bacaan diturunkannya Al-Quran.

Sejarah Perkembangan 'Ulum al-Quran

  1. 'Utsman bin 'Affan, perintis 'Ilmu Rasmi al-Quran (Rasmi 'Utsmani) yaitu tulisan dan penulisan al-Quran. 
  2. 'Ali bin Abi Thalib perintis I'rab al-Quran, yang memerintahkan kepada Abu al-Aswad al-Duali (69 H) untuk menyusun grammar bahasa Arab (Nahwu). Ini dilaksanakan semata-mata menjaga bahasa Arab dari berbagai pencemaran, teristimewa untuk menjaga kesucian al-Quran.

Setelah berakhir masa Khulafaurrasyidin, maka muncullah 3 Pesantren al-Quran yg dipelopori oleh Sahabat Rasulullah Saw :

1. Di Madinah, tokohnya Ubay bin Ka'ab, dengan metode tafsirnya :
  • Al-Quran ditafsirkan dengan al-Sunnah
  • Tafsir melalui pemahaman yang disandarkan kepada keumuman Islam (Manhij al-Mufassirunal-Tafsir fi 'Ashri al-Shahabah 153-154) Penafsiran yang bertolak dari Asbab al-Nuzul.
2. Di Mekah, tokohnya 'Abdullah bin 'Abbas yang dikenal dengan Ibnu 'Abbas, dengan metode tafsirnya :
  • Al-Quran ditafsirkan dengan al-Quran
  • Ayat ditafsirkan dengan al-Sunnah
  • Ayat ditafsirkan dengan al-ra'yu (akal) yang sesuai dengan jiwa umumnya al-Quran dan al-Sunnah (Manhij al-Mufassirunal-Tafsir Ashri al-Shahabah 1/68-70)
3. Di Kufah, tokohnya 'Abdullah bin Mas'ud, yang dikenal dengan Ibnu Mas'ud, dengan metode tafsirnya:
  • Al-Quran ditafsirkan dengan al-Quran (Ayat dengan Ayat) 
  • Jika beliau tidak menemukan al-Quran, maka beliau menafsirkan dengan al-Sunnah
  • Jika tdk menemukan sunnah Nabi, maka Ibnu Mas'ud menafsirkan dari segi pemahaman bahasa Arab

Dari 3 Pesantren al-Quran dengan pakar-pakarnya dari sahabat tersebut, lahirlah ulama Tabi'in yaitu : 

1. Madinah, santri Ubay bin Ka’ab
  • Abu al-'Aliyah al-Rayahi (wafat 708 M)
  • Muhammad bin Ka'ab al-Qarzi (wafat 735 M)
  • Zaid bin Aslam (wafat 747 M)
  • A. Rahman bin Zaid (salah satu guru Imam Malik)
  • Sa'id bin Musayyab
2. Mekah, santri Ibnu 'Abbas :
  • Sa'id bi Zubair
  • Mujahid ibn Jabar al-Makki (wafat 722 M) 
  • Ikrimah (wafat 723 M)
  • Thawus Ibnu Kaysan al-Yamani ( wafat 724 M)
  • Atha Ibnu Abi Rabah (wafat 732 M)
  • Abu al-Sya'syai Jabir bin Zaid (wafat 93 H)
3. Kufah, santri Ibnu Mas'ud :
  • Zar bin Habiysyi bin Habasyah (wafat 82 H)
  • Abdurrahman al-Salma (wafat 74 H)
  • Ubaid bin Nadlah (wafat 75 H)
  • Alqama bin Qays bin 'Abdillah al-Nakhaiy al-Kufi (wafat 62 H)
  • Hasan Bashri yang terkenal Ulama Fiqhi, Ulama Tafsir dan Ulama Shufi (wafat 738 M), 
  • Qatadah al-Sadusi (wafat 735 ) dan lain-lain... 

Dari 3 Pondok Pesantren ini berkembanglah Tafsir, dan Fiqhi Islam yang berbeda-beda, yang membutuhkan keuletan menelitinya, tidak cukup mengamblil dari satu orang saja, dari satu kitab saja, dan setiap yang berbeda jangan langsung dituduh sesat, bid'ah dan sebagainya, alangkah piciknya hal itu. Dari guru-guru inilah nanti lahir Fuqaha, yaitu ahli-ahli fiqhi yang masing-masing berbeda-beda pendapat dan fahamnya.

Semoga bermanfaat…

Read More
Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan

Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan

Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan

Umat Islam, selain harus merasa gembira dan bahagia dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang penuh berkah, serta melakukan sedikitnya 4 persiapan pada diri dan jiwa masing-masing. Juga ketika telah memasukinya kita jangan menyia-nyiakan Ramadhan atau membiarkan bulan penuh rahmat berlalu begitu saja. Namun diharapkan kita mengisinya dengan berbagai amalan, diantaranya dengan Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan.


Makan sahur dan mengakhirkannya

Rasulullah SAW Bersabda :
“Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Zar Al-Ghifari ra. dengan riwayat marfu`, ”Umatku masih dalam kebaikan selama mendahulukan buka puasa dan mengakhirkan sahur.” (HR. Ahmad)

Dari Abi Said al-Khudri RA : “Sahur itu barakah maka jangan tinggalkan meski hanya dengan seteguk air.” (HR. Ahmad)

Menyegerakan Berbuka Puasa

Menyegerakan berbuka akan mendatangkan kebaikan. Rasulullah SAW bersabda :
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengawali berbuka puasa dengan kurma, atau makanan yang manis-manis, namun kalau tidak ada maka dengan minum air. ”Rasulullah SAW berbuka dengan rutbaat (kurma segar) sebelum beliau shalat, apabila tidak ada maka dengan beberapa tamar (kurma) dan apabila tidak ada, beliau meminum air.” (HR Abu Dawud)

Membaca Al Qur’an

Ramadhan disebut juga bulan al-Quran, karena pada bulan Ramadhan untuk pertama kalinya al-Quran diturunkan.

Firman Allah SWT :
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (Al-Baqarah : 185)

Al-Qur'an diturunkan untuk dibaca oleh setiap muslim, direnungkan dan dipahami makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhan dan pemberi syafa'at baginya pada hari Kiamat. Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat dan celaka di dunia dan akhirat, sebagaimana firmanNya "Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (Thaha:123),

Maka alangkah baik dan tepat, bila kita memperbanyak membaca al-Quran di bulan Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda :
"Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR. At-Tirmidzi, katanya: hadits hasan shahih).

Shalat tarawih

Salah satu keutamaan bulan Ramadhan yang tidak kita dapati pada bulan yang lain adalah adanya shalat tarawih dengan pahalanya yang begitu melimpah. Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa shalat tarawih dengan dilandasi keimanan dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Meninggalkan perkataan kotor

Selalu berpikir positif dan melakukan hal-hal yang bermanfaat serta meninggalkan perkataan-perkataan yang sia-sia apalagi kata-kata kotor yang dapat merusak pahala ibadah puasa.
Dari Abu hurairah ra bahwa Nabi Muhammad saw bersabda : ”Berpuasa bukan hanya (menahan) dari makan dan minum, sesungguhnya berpuasa dari lagwun (perbuatan yang sia-sia) dan rafats (perkataan yang kotor)…” ( HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Hakim)

Memperbanyak Sedekah

Salah cara untuk meraih keuntungan besar di bulan Ramadhan adalah dengan memperbanyak sedekah. Sebagai upaya dan ungkapan rasa kasih sayang terhadap fakir miskin. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umatnya untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah. Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta’ala, sebagaimana hadits:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi)

Diantara sedekah di bulan Ramadhan adalah memberi ifthar, yaitu memberi makan kepada orang yang berpuasa.

Rasulullah Bersabda :
“Barang siapa yang memberi ifthar (untuk berbuka) orang-orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun.” (HR Bukhari dan Muslim)

Memperbanyak Doa

Doa orang berpuasa adalah salah satu doa yang paling mustajab. Dalam kondisi seseorang berpuasa, apalagi jika yang berpuasa itu bukan hanya panca inderanya, akan tetapi juga hatinya ikut berpuasa maka doanya akan mudah dikabulkan oleh Allah Swt. Diantara sebab dikabulkannya doa adalah bersihnya hati, sehingga cahaya doa dapat langsung menembus arys dan didengar serta dikabulkan oleh Allah Swt.

I‘tikaf

Disunnahkan untuk beri‘tikaf terutama pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Salah satunya untuk mendapatkan pahala lailatul qadar yang menurut Rasulullah SAW ada pada malam-malam 10 terakhir bulan Ramadhan. Dengan mengkhususkan diri berdiam selama beberapa hari di masjid untuk lebih ber mujahadah dalam ibadah. 

Aisyah RA berkata, ”Bila telah memasuki 10 malam terakhir bulan Ramadhan, Nabi SAW menghidupkan malam, membangunkan keluarganya (isterinya) dan meninggalkan isterinya (tidak berhubungan suami isteri)." (HR Bukhari dan Muslim)

Demikianlah beberapa diantara Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan, yang perlu dilakukan sebagai penyempurna ibadah puasa kita. Sebetulnya masih banyak amalan-amalan yang lain, oleh karena itu jika berkenan sahabat blogger dan pembaca sekalian bisa menambahkannya di dalam kotak komentar.

Read More
Jangan Sia-siakan Ramadhan!

Jangan Sia-siakan Ramadhan!

Jangan Sia-siakan Ramadhan!

Ramadhan adalah bulan aktivitas, jangan malas, jangan gunakan "Tidurnya orang berpuasa adalah ibadah" sebagai alasan berhenti beraktivitas. Berhentinya seorang mukmin dari beraktivitas adalah kelalaian. Kekosongan adalah musuh yang mematikan, dan kesenggangan adalah sebuah kemalasan. Dan, kebanyakan orang yang selalu gundah dan hidup dalam kecemasan adalah mereka yang terlalu banyak waktu senggangnya dan sedikit aktivitasnya. 

Adapun manfaat yang mereka dapatkan dari semua itu adalah hanya sekedar desas-desus dan omong kosong yang tak berguna. Itulah keuntungan yang juga diraih oleh mereka yang tak pernah mengerjakan amalan yang bermakna dan berbuah pahala.

Gunakan waktu sebaik-baiknya, dan jangan biarkan ada satu menit pun yang terbuang sia-sia. Ingat, hari ini milik kita dan ingat, sehari saja kita kosong tak bergerak, niscaya kegundahan, keresahan, godaan dan bisikan setan akan mudah menyelinap dalam tubuh kita. Dan bila sudah demikian, maka kita akan menjadi lapangan permainan para setan.

Oleh sebab itu, jangan sia-siakan Ramadhan! Isilah bulan mulia penuh berkah dan rahmat dengan senantiasa bergerak, beribadah, bekerja, mencari ilmu, membaca al-Quran, bertasbih, mengunjungi kerabat atau sahabat dan aktivitas bermakna lainnya.

Sehingga kemenangan dan kebahagiaan bisa diraih di waktu akhir dan semoga kita menjadi Hamba Allah Yang Baik.

Read More
Pikirkan dan Syukurilah!

Pikirkan dan Syukurilah!

Pikirkan dan Syukurilah!
Pikirkan dan syukurilah! Artinya, ingatlah yang Allah anugerahkan kepada kita. Karena Dia telah melipat gandakan nikmat-Nya dari ujung rambut hingga ke bawah kedua telapak kaki.

"Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya" (QS. Ibrahim : 34)

Kesehatan badan, sandang pangan, udara dan air, semuanya tersedia dalam hidup kita. Namun begitulah, kita memiliki dunia, tetapi tidak pernah menyadarinya. Kita menguasai kehidupan, tetapi tak pernah mengetahuinya.

"Dan, Dia menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu lahir dan batin" (QS. Luqman : 20)

Kita memiliki dua mata, satu lidah, dua bibir, dua tangan dan dua kaki.

"Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar-Rahman : 13)

Apakah kita mengira bahwa, berjalan dengan kaki itu sesuatu yang sepele, sedang kaki acapkali menjadi bengkak bila digunakan berjalan terus-menerus tiada henti? Maka sadarilah, betapa hinanya diri kita manakala tertidur lelap, ketika sanak saudara di sekitar kita masih banyak yang tidak bisa tidur karena sakit yang mengganggunya? Pernahkah kita merasa nista manakala dapat menyantap makanan lezat dan minuman dingin saat masih banyak orang di sekitar kita yang tidak bisa makan dan minum karena sakit?

Coba pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya Allah menjauhkan kita dari ketulian. Coba renungkan dan raba kembali mata kita yang tidak buta. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak kita yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan.

Adakah kita ingin menukar mata kita dengan emas sebesar gunung, atau menjual pendengaran kita seharga perak satu bukit? Apakah kita mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah kita, hingga kita bisu? Maukah kita menukar kedua tangan kita dengan untaian mutiara, sementara tangan kita buntung?

Begitulah, sebenarnya kita berada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempurnaan tubuh, tetapi kita tidak menyadarinya. Kita tetap merasa resah, suntuk, sedih, dan gelisah, meskipun kita masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus beraktivitas.

Kita acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga kita pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa kita mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya kita masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagiaan, karunia, kenikmatan dan lain sebagainya. Maka pikirkan semua itu, dan kemudian syukurilah!

"Dan, pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan" (QS. Adz-Dzariyat : 21)

Pikirkan dan renungkan apa yang ada pada diri, keluarga, rumah, pekerjaan, kesehatan, dan apa saja yang tersedia di sekeliling kita. Dan janganlah termasuk golongan :

"Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya" (QS. An-Nahl : 83)

Read More
Hari Ini Milik Kita

Hari Ini Milik Kita

Hari Ini Milik Kita
Jika kita berada di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang akan kita jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya, dan juga bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya menyinari kita, dan siangnya menyapa kita, inilah hari kita!

Umur kita, mungkin tinggal hari ini. Maka, anggaplah masa hidup kita hanya hari ini, atau seakan-akan kita dilahirkan hari ini dan akan mati hari ini juga. Dengan begitu, hidup kita tak akan tercabik-cabik diantara gumpalan keresahan, kesedihan dan duka masa lalu dengan bayangan masa depan yang penuh ketidakpastian dan acapkali menakutkan.

Pada hari ini pula, sebaiknya kita mencurahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras. Dan pada hari inilah, kita harus bertekad mempersembahkan kualitas shalat yang paling khusyu’, bacaan Al-Quran yang sarat tadabbur, dzikir dengan sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam akhlak, kerelaan dengan semua yang Allah berikan, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan raga, serta perbuatan baik terhadap sesama.

Pada hari ini sebaiknya kita membagi waktu dengan bijak. Jadikanlah setiap menitnya laksana ribuan tahun dan setiap detiknya laksana ratusan bulan. Tanamlah kebaikan sebanyak-banyaknya pada hari ini. Dan, persembahkanlah sesuatu yang paling indah untuk hari ini. Ber-istighfar-lah atas semua dosa, ingatlah selalu kepada-Nya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan menuju alam keabadian, dan nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan. Terimalah rezeki, istri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu dan jabatan kita hari ini dengan penuh keridhaan.

“Maka berpegangteguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang yang bersyukur” (QS. Al-A’raf : 144)

Hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian dan kebencian. 

Hari Ini Milik Kita, adalah ungkapan yang paling indah dalam "kamus kebahagiaan". Kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan yang paling indah dan menyenangkan.
                                                                                                                                      La Tahzan

Read More
10 Bunga Hidup Bahagia

10 Bunga Hidup Bahagia

10 Bunga Hidup Bahagia
Bunga adalah cikal bakal menjadi buah, sebuah pohon bila akan berbuah tentu dimulai dengan munculnya bunga terlebih dahulu. Kemudian secara perlahan dan bertahap melalui satu masa atau proses bunga itu akan berubah menjadi buah.

Seperti halnya pohon, hidup ini pun akan berbuah kebahagiaan dengan melalui proses bertahap, diantaranya dimulai dari mengamalkan 10 Bunga Hidup Bahagia berikut ini :

1.  Bangun di saat menjelang fajar untuk beristighfar 
"Dan, yang memohon ampun di waktu sahur." (QS. Ali 'Imran : 17)

2.  Menyendiri untuk bertafakkur 
"Dan, mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi." (QS. Ali 'Imran : 191)

3.  Menjalin hubungan dengan orang shalih 
"Dan, bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya." (QS. Al-Kahfi : 28)

4.  Berdzikir 
"Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kamu (dengan menyebut nama Allah), dzikir yang sebanyak-banyaknya." (QS. Al-Ahzab : 41)

5.  Melakukan shalat dua rakaat dengan khusyu' 
"Yaitu orang-orang yang khusyu' dalam shalat mereka." (QS. Al-Muminun : 2)

6.  Membaca Al-Quran dengan tadabbur 
"Tidakkah mereka memperhatikan Al-Quran." (QS. An-Nisa : 82)

7.  Berpuasa pada hari yang sangat panas 
"Meninggalkan makanan, minuman dan syahwatnya karena Aku." (Al-Hadits)

8.  Melakukan sedekah secara sembunyi-sembunyi 
"Hingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya." (Al-Hadits)

9.  Meringankan beban seorang muslim 
"Barangsiapa meringankan kesusahan yang dialami seorang muslim di dunia, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan yang ada di hari Kiamat." (Al-Hadits)

10. Berlaku zuhud terhadap sesuatu yang sifatnya fana 
"Sedangkan kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal." (QS. Al-A'la : 17)

Semoga kita semua bisa mengamalkannya, aamiin....

Read More
Tersenyumlah!

Tersenyumlah!

Tersenyumlah!

Tertawa yang wajar itu laksana 'balsem' bagi kegalauan dan 'salep' bagi kesedihan. Pengaruhnya sangat kuat sekali untuk membuat jiwa bergembira dan hati berbahagia. Bahkan, karena itu Abu Darda' sempat berkata, "Sesungguhnya aku akan tertawa untuk membahagiakan hatiku. Dan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam sendiri sesekali tertawa hingga tampak gerahamnya. Begitulah tertawanya orang-orang yang berakal dan mengerti tentang penyakit jiwa serta pengobatannya."

Tertawa merupakan puncak kegembiraan, titik tertinggi keceriaan, dan ujung rasa suka cita. Namun, yang demikian itu adalah tertawa yang tidak berlebihan sebagaimana dikatakan dalam pepatah, "Janganlah engkau banyak tertawa, sebab banyak tertawa itu mematikan hati." Yakni, tertawalah sewajarnya saja sebagaimana dikatakan juga dalam pepatah, "Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah." Bahkan, tertawalah sebagaimana Nabi Sulaiman ketika,
.... ia tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu
                                                                                 (QS. An-Naml : 19)

Janganlah tertawa sinis dan sombong sebagaimana dilakukan orang-orang kafir,
.... tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka menertawakannya
                                                                                (QS. Az-Zukhruf : 47)

Dan salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada penghuni surga adalah tertawa,
Maka pada hari itu orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir
                                                                                (QS. Al-Muthaffifin : 34)

Orang Arab senang memuji orang yang murah senyum dan selalu tampak ceria. Menurut mereka, perangai yang demikian itu merupakan pertanda kelapangan dada, kedermawanan sifat, kemurahan hati, kewibawaan perangai, dan ketanggapan pikiran.

Pada dasarnya, Islam sendiri dibangun atas dasar prinsip-prinsip keseimbangan dan kemoderatan, baik dalam hal akidah, ibadah, akhlak maupun tingkah laku. Maka dari itu, Islam tak mengenal kemuraman yang menakutkan, dan tertawa lepas yang tak beraturan. Akan tetapi sebaliknya Islam senantiasa mengajarkan kesungguhan yang penuh wibawa dan ringan langkah yang terarah.

Dalam Faidhul Khathir, Ahmad Amin menjelaskan: "Orang yang murah tersenyum menjalani hidup ini bukan saja yang paling mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang yang paling mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab, orang yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan, serta orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain."

Senyuman tak akan ada harganya bila tidak terbit dari hati yang tulus dan tabiat dasar seorang manusia. Setiap bunga tersenyum, hutan tersenyum, sungai dan laut juga tersenyum. Langit, bintang-gemintang dan burung-burung, semuanya tersenyum. Dan manusia, sesuai watak dasarnya adalah makhluk yang suka tersenyum. Itu bila dalam dirinya tidak bercokol penyakit tamak, jahat, dan egoisme yang selalu membuat rona wajah tampak selalu kusut dan cemberut.

Elia Abu Madhi berkata:
Orang berkata, "Langit selalu berduka dan mendung."
Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, cukuplah duka cita di langit sana."
Orang berkata, "Masa muda telah berlalu dariku."
Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, bersedih menyesali masa muda tak akan pernah mengembalikannya."
Orang berkata, "Wajah berseri tidak membuat dunia bahagia yang datang ke dunia dan pergi dengan gumpalan amarah."
Ku katakan, "Tersenyumlah, selama antara kau dan kematian ada jarak sejengkal, setelah itu engkau tidak akan pernah tersenyum."

Sungguh, kita sangat butuh pada senyuman, wajah yang selalu berseri, hati yang lapang, akhlak yang menawan, jiwa yang lembut, dan pembawaan yang tidak kasar.

Maka dari itu, tersenyumlah!

Read More
Hadapi Hidup Ini Apa Adanya

Hadapi Hidup Ini Apa Adanya

Hadapi Hidup Ini Apa Adanya
Kondisi dunia ini penuh kenikmatan, banyak pilihan, penuh rupa, dan warna. Semua itu bercampur baur dengan kecemasan dan kesulitan hidup. Dan, kita adalah bagian dari dunia yang berada dalam kesukaran.

Kita tidak akan pernah menjumpai seorang ayah, istri, kawan, sahabat, tempat tinggal, atau pekerjaan yang padanya tidak terdapat sesuatu yang menyulitkan. Bahkan, kadangkala justru pada setiap hal itu terdapat sesuatu yang buruk dan tidak kita sukai. Maka dari itu, padamkanlah panasnya keburukan pada setiap hal itu dengan dinginnya kebaikan yang ada padanya. Itu kalau kita mau selamat dengan adil dan bijaksana. Pasalnya, betapapun setiap luka ada harganya.

Allah subhaanahu wata'ala menghendaki dunia ini sebagai tempat bertemunya dua hal yang saling berlawanan, dua jenis yang saling bertolak belakang, dua kubu yang saling berseberangan, dan dua pendapat yang saling berseberangan. Yakni, yang baik dan yang buruk, kebaikan dengan kerusakan, kebahagiaan dengan kesedihan. Dan setelah itu, Allah subhaanahu wata'ala akan mengumpulkan semua yang baik, kebagusan dan kebahagiaan itu di surga. Adapun yang buruk, kerusakan dan kesedihan akan dikumpulkan di neraka.

Rasulullah shalallaahu 'alaihi wassalam pernah bersabda :
"Dunia ini terlaknat, dan terlaknat semua yang ada didalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan semua yang berkaitan dengannya, seorang yang 'alim dan seorang yang belajar."

Maka, jalanilah hidup ini sesuai dengan kenyataan yang ada. Jangan larut dalam khayalan. Dan, jangan pernah menerawang ke alam imajinasi. Hadapi Hidup Ini Apa Adanya, kendalikan jiwa kita untuk dapat menerima dan menikmatinya! Bagaimanapun, tidak mungkin semua teman tulus kepada kita dan semua perkara sempurna di mata kita. Sebab, ketulusan dan kesempurnaan itu ciri dan sifat kehidupan dunia.

Bahkan, istri kita pun tak akan pernah sempurna di mata kita. Maka dalam hadits dikatakan, "Janganlah seorang mukmin mencela seorang mukminah (istrinya), sebab jika dia tidak suka pada salah satu kebiasaannya maka dia bisa menerima kebiasaannya yang lain."

Adalah seyogyanya bila kita merapatkan barisan, menyatukan langkah, saling memaafkan dan berdamai kembali, mengambil hal-hal yang mudah kita lakukan, meninggalkan hal-hal yang menyulitkan, menutup mata dari beberapa hal untuk saat-saat tertentu, meluruskan langkah, dan mengesampingkan berbagai hal yang mengganggu.

Semoga bermanfaat ......

Read More