Papa, Mama Terima kasih
Terenyuh dan sempat termenung hingga berlinang mata ini saat membaca sebuah tulisan seorang anak SMP yang dia ketik sendiri di Warnet kecil saya dan memintanya untuk di print. Katanya tulisan tersebut untuk acara perpisahan besok di sekolah. Tulisan tersebut mengingatkan pada cinta dan jasa besar kedua orang tua, ayah dan ibu yang telah melahirkan, mengasuh, membesarkan, mendidik dan membiayai pendidikan tanpa mengenal lelah dan mengeluh. Sungguh mulia jasa mereka, saya sendiri sampai detik ini belum bisa membalas jasa-jasa kedua orang tua, dan mungkin tak akan bisa terbalaskan. Namun demikian kita harus senantiasa berusaha dan berdoa untuk kebaikan mereka berdua di dunia sampai akhirat, sebagaimana yang diajarkan dalam Islam.
Berikut adalah tulisannya yang telah sedikit saya edit.
“Hari ini adalah hari yang bahagia untuk kita semua yang berada di ruangan ini. Kebahagiaan akan terasa lebih lengkap apabila kita dikelilingi oleh orang-orang yang kita cintai, berbicara tentang cinta ada beberapa orang yang tentunya tidak diragukan lagi ketulusan cintanya, dan tidak akan pernah melepaskan cinta mereka untuk kita, yaitu keluarga, terutama orang tua.
Keberhasilan dan perjuangan yang kita capai hari ini, tidak terlepas dari cinta, kasih sayang, dukungan, serta bimbingan dari orang tua. Bahagiaku surga mereka, dan deritaku pilu mereka.
Aku berdiri membawa ijazah ini disebuah jalan setapak yang gelap, pandanganku tertuju kepada dua orang di kejauhan sana, dengan senyuman yang tidak asing di mataku, dua orang yang sangat aku hargai, dua orang yang sangat aku hormati, aku cintai dan aku sayangi, ya mereka Papa dan Mama ku, dengan disertai senyuman aku berjalan menghampiri mereka, seiiring dengan langkah terlintas di benaku atas apa yang telah mereka lakukan terhadap hidupku selama ini, Mama yang telah mengandungku selama 9 bulan, Mama yang sudah memperjuangkan hidup dan matinya hingga aku dapat hadir ke dunia ini, Mama juga yang telah merawatku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Papa yang telah mendidikku, Papa yang rela bekerja banting tulang, ikhlas mengeluarkan keringatnya agar aku dapat menikmati hidup, detik demi detik, hari demi hari, bahkan tahun demi tahun. Apakah yang dapat kulakukan untuk membalas mereka, sering aku tutup kuping tidak mau mendengarkan nasihat mereka, sering sekali aku bohong kepada mereka untuk kepuasanku, sering aku melawan jika mereka marah karena kenakalanku, sering juga aku banting pintu dihadapan mereka jika mereka tidak mengabulkan permintaanku, dan bahkan sering aku mengeluarkan kata-kata kasar yang tidak pantas mereka dengar dari bibirku, dasar cerewet, kuno, kolot. Tapi…apakah mereka memendam perasaan dendam terhadapku, tidak, tidak sama sekali, mereka dapat dengan tulus memaafkan kekhilafanku, mereka tetap menyayangiku dalam setiap hembusan napas mereka, bahkan mereka tetap menyebut namaku dalam setiap doa-doa mereka hingga aku seperti sekarang ini…. Ya Tuhan betapa durhakanya aku, tak sadarkah aku bahwa mereka orang yang sangat berarti dalam hidupku, langkah-langkahku terhenti dihadapan mereka, dan kupandangi Papa dan Mamaku, inci demi inci, badan yang dulu tegap, kekar, kini mulai membungkuk, rambut yang dulu hitam kini mulai memutih, dan kulit mereka yang dulu kencang, kini mulai keriput, kutatap mata mereka yang berbinar-binar, dan mulai meneteskan air mata bahagia, air mata haru, air mata bangga melihatku membawa ijazah ini, ku cium tangan mereka, ku peluk mereka sambil berkata Papa, Mama yang kuberikan hari ini tidak akan cukup untuk membalas semua yang telah Papa dan Mama berikan selama ini kepadaku, terimakasih Pa, terimakasih Ma, aku sayang Papa dan Mama sampai akhir hayatku, terimakasih”.
Berikut adalah tulisannya yang telah sedikit saya edit.
“Hari ini adalah hari yang bahagia untuk kita semua yang berada di ruangan ini. Kebahagiaan akan terasa lebih lengkap apabila kita dikelilingi oleh orang-orang yang kita cintai, berbicara tentang cinta ada beberapa orang yang tentunya tidak diragukan lagi ketulusan cintanya, dan tidak akan pernah melepaskan cinta mereka untuk kita, yaitu keluarga, terutama orang tua.
Keberhasilan dan perjuangan yang kita capai hari ini, tidak terlepas dari cinta, kasih sayang, dukungan, serta bimbingan dari orang tua. Bahagiaku surga mereka, dan deritaku pilu mereka.
Aku berdiri membawa ijazah ini disebuah jalan setapak yang gelap, pandanganku tertuju kepada dua orang di kejauhan sana, dengan senyuman yang tidak asing di mataku, dua orang yang sangat aku hargai, dua orang yang sangat aku hormati, aku cintai dan aku sayangi, ya mereka Papa dan Mama ku, dengan disertai senyuman aku berjalan menghampiri mereka, seiiring dengan langkah terlintas di benaku atas apa yang telah mereka lakukan terhadap hidupku selama ini, Mama yang telah mengandungku selama 9 bulan, Mama yang sudah memperjuangkan hidup dan matinya hingga aku dapat hadir ke dunia ini, Mama juga yang telah merawatku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Papa yang telah mendidikku, Papa yang rela bekerja banting tulang, ikhlas mengeluarkan keringatnya agar aku dapat menikmati hidup, detik demi detik, hari demi hari, bahkan tahun demi tahun. Apakah yang dapat kulakukan untuk membalas mereka, sering aku tutup kuping tidak mau mendengarkan nasihat mereka, sering sekali aku bohong kepada mereka untuk kepuasanku, sering aku melawan jika mereka marah karena kenakalanku, sering juga aku banting pintu dihadapan mereka jika mereka tidak mengabulkan permintaanku, dan bahkan sering aku mengeluarkan kata-kata kasar yang tidak pantas mereka dengar dari bibirku, dasar cerewet, kuno, kolot. Tapi…apakah mereka memendam perasaan dendam terhadapku, tidak, tidak sama sekali, mereka dapat dengan tulus memaafkan kekhilafanku, mereka tetap menyayangiku dalam setiap hembusan napas mereka, bahkan mereka tetap menyebut namaku dalam setiap doa-doa mereka hingga aku seperti sekarang ini…. Ya Tuhan betapa durhakanya aku, tak sadarkah aku bahwa mereka orang yang sangat berarti dalam hidupku, langkah-langkahku terhenti dihadapan mereka, dan kupandangi Papa dan Mamaku, inci demi inci, badan yang dulu tegap, kekar, kini mulai membungkuk, rambut yang dulu hitam kini mulai memutih, dan kulit mereka yang dulu kencang, kini mulai keriput, kutatap mata mereka yang berbinar-binar, dan mulai meneteskan air mata bahagia, air mata haru, air mata bangga melihatku membawa ijazah ini, ku cium tangan mereka, ku peluk mereka sambil berkata Papa, Mama yang kuberikan hari ini tidak akan cukup untuk membalas semua yang telah Papa dan Mama berikan selama ini kepadaku, terimakasih Pa, terimakasih Ma, aku sayang Papa dan Mama sampai akhir hayatku, terimakasih”.