Mashur Dalam Pandangan Allah
اَدْفِنْ وُجُوْدَكَ فِيْ اَرْضِ الْخُمُوْلِ فَمَانَبَتَ مِمَّالَمْ يَتِمُّ نَتَاجُهُ
“Kuburlah keadaanmu di dalam tanah ketidakmashuran, maka sesuatu yang tumbuh tanpa ditanam, tentu hasilnya tidaklah akan sempurna” (Al-Hikam)
Dalam kehidupan sehari-hari dimanapun juga di dunia ini tidak sedikit orang yang ingin terkenal (mashur) dan disanjung, menjadi pujaan, dambaan, dihormat, menjadi buah bibir masyarakat di setiap tempat tentang kehebatannya, keahliannya, keilmuannya, dan lain sebagainya. Sehingga segala carapun dilakukan untuk menuju hal itu. Ada yang ingin terkenal atau termashur dengan menjadi pejabat, ilmuwan, tokoh, artis, blogger, ulama dan lain-lain.
Bagaimanakah Islam memandang tentang hal ini? Bolehkah menjadi orang terkenal atau termashur?
Islam tidak mendidik penganutnya untuk menjadi sempit dalam berpikir, bahkan sebaliknya Islam itu sangat luas dan fleksibel menjadikan orang maju terdepan. Begitu juga dalam masalah kemashuran, Islam menganggap boleh-boleh saja bahkan terkadang sangat penting apabila sebagai alat peningkatan dakwah, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Contohnya Rasulullah SAW sendiri sangatlah termashur, terkenal namanya, kewibawaannya, ketampanannya, kebaikannnya, hadits-haditsnya, ajaran-ajarannya dan ketinggian ilmunya. Di seluruh dunia orang mengenal beliau, baik orang Islam ataupun non Islam. Begitupun dengan tokoh-tokoh Islam lainnya.
Menjadi orang terkenal banyak sekali caranya, baik dengan cara yang benar maupun dengan cara yang salah, ada orang melakukan kebaikan dengan ikhlas bisa menjadi terkenal, dan ada juga orang yang melakukan kebaikan karena niat ingin terkenal, maka ia pun kadang dapat pula terkenal. Jadi dalam hal ini sekali lagi Islam tidak melarang orang untuk terkenal atau mashur, mashur karena kebaikannya, kepandaiannya, keahliannya, kekayaannya dan lain sebagainya.
Tetapi perlu diperhatikan, dalam hal ini Al-Hikam diatas mengingatkan :
Bagaimanakah Islam memandang tentang hal ini? Bolehkah menjadi orang terkenal atau termashur?
Islam tidak mendidik penganutnya untuk menjadi sempit dalam berpikir, bahkan sebaliknya Islam itu sangat luas dan fleksibel menjadikan orang maju terdepan. Begitu juga dalam masalah kemashuran, Islam menganggap boleh-boleh saja bahkan terkadang sangat penting apabila sebagai alat peningkatan dakwah, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Contohnya Rasulullah SAW sendiri sangatlah termashur, terkenal namanya, kewibawaannya, ketampanannya, kebaikannnya, hadits-haditsnya, ajaran-ajarannya dan ketinggian ilmunya. Di seluruh dunia orang mengenal beliau, baik orang Islam ataupun non Islam. Begitupun dengan tokoh-tokoh Islam lainnya.
Menjadi orang terkenal banyak sekali caranya, baik dengan cara yang benar maupun dengan cara yang salah, ada orang melakukan kebaikan dengan ikhlas bisa menjadi terkenal, dan ada juga orang yang melakukan kebaikan karena niat ingin terkenal, maka ia pun kadang dapat pula terkenal. Jadi dalam hal ini sekali lagi Islam tidak melarang orang untuk terkenal atau mashur, mashur karena kebaikannya, kepandaiannya, keahliannya, kekayaannya dan lain sebagainya.
Tetapi perlu diperhatikan, dalam hal ini Al-Hikam diatas mengingatkan :
اَدْفِنْ وُجُوْدَكَ فِيْ اَرْضِ الْخُمُوْلِ
“kuburlah keadaanmu di dalam tanah ketidakmashuran” artinya biarlah kita mashur, dikenal orang, apakah karena kebaikan, kedermawanan, keilmuan, atapun karena keshalehan, maka terimalah. Tetapi itu semua jangan dijadikan tujuan, orang tidak tahu siapa kita sebenarnya, yang tahu adalah diri kita sendiri dan Allah SWT. Maka hanya Allah lah yang harus menjadi tujuan, serahkan pada-Nya kemashuran atau keterkenalan itu.
Dalam Hikam diatas diilustrasikan ketika manusia beramal, maka kuburlah atau tanamlah amalan itu di tanah kerendahan, dalam arti serahkan semuanya kepada Yang Maha Perkasa Allah SWT. Dan juga diilustrasikan bahwa sesuatu yang tumbuh dari yang tidak ditanam tidaklah akan mendapat kesempurnaan, artinya apabila kita tidak membiasakan menanam amalan baik mulai dari sekarang yaitu dengan menyerahkannya kepada Allah, maka kita tidak akan mendapat kesempurnaan berupa kebahagiaan dunia akhirat dikarenakan riya, ingin dilihat atau mendapat pujian orang lain saja.
Oleh karena itu marilah kita perbaiki segala sikap dan perilaku, kita tingkatkan ibadah, mujahadah, terus selalu taqarub kepada-Nya . Usahakan dan selalu berjuang untuk menjadi orang baik, apabila telah menjadi baik maka terpujilah tapi tidak untuk mencari pujian. Kalau ternyata banyak orang yang memuji serahkan saja kepada Allah SWT, serahkan segalanya pada yang mempunyai segala puji. Jangan merasa baik dan hebat karena terkenal atau termashur. Kuburlah dalam-dalam semuanya itu, demi kesempurnaan kita menuju ridha Allah SWT.
Oleh karena itu marilah kita perbaiki segala sikap dan perilaku, kita tingkatkan ibadah, mujahadah, terus selalu taqarub kepada-Nya . Usahakan dan selalu berjuang untuk menjadi orang baik, apabila telah menjadi baik maka terpujilah tapi tidak untuk mencari pujian. Kalau ternyata banyak orang yang memuji serahkan saja kepada Allah SWT, serahkan segalanya pada yang mempunyai segala puji. Jangan merasa baik dan hebat karena terkenal atau termashur. Kuburlah dalam-dalam semuanya itu, demi kesempurnaan kita menuju ridha Allah SWT.
Hendak menetes airmata saya membaca post ini kang, semoga bersama Mendapat Rahmat dari Illahi, hari ini dan hari kemudian Amin
ReplyDelete@munir ardi
ReplyDeletesama Bang...ketika saya mengetik post ini. Semoga Bang..aamiin