Showing posts with label mimbar jumat. Show all posts
Showing posts with label mimbar jumat. Show all posts
Hari Ini Milik Kita

Hari Ini Milik Kita

Hari Ini Milik Kita
Jika kita berada di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang akan kita jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya, dan juga bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya menyinari kita, dan siangnya menyapa kita, inilah hari kita!

Umur kita, mungkin tinggal hari ini. Maka, anggaplah masa hidup kita hanya hari ini, atau seakan-akan kita dilahirkan hari ini dan akan mati hari ini juga. Dengan begitu, hidup kita tak akan tercabik-cabik diantara gumpalan keresahan, kesedihan dan duka masa lalu dengan bayangan masa depan yang penuh ketidakpastian dan acapkali menakutkan.

Pada hari ini pula, sebaiknya kita mencurahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras. Dan pada hari inilah, kita harus bertekad mempersembahkan kualitas shalat yang paling khusyu’, bacaan Al-Quran yang sarat tadabbur, dzikir dengan sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam akhlak, kerelaan dengan semua yang Allah berikan, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan raga, serta perbuatan baik terhadap sesama.

Pada hari ini sebaiknya kita membagi waktu dengan bijak. Jadikanlah setiap menitnya laksana ribuan tahun dan setiap detiknya laksana ratusan bulan. Tanamlah kebaikan sebanyak-banyaknya pada hari ini. Dan, persembahkanlah sesuatu yang paling indah untuk hari ini. Ber-istighfar-lah atas semua dosa, ingatlah selalu kepada-Nya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan menuju alam keabadian, dan nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan. Terimalah rezeki, istri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu dan jabatan kita hari ini dengan penuh keridhaan.

“Maka berpegangteguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang yang bersyukur” (QS. Al-A’raf : 144)

Hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian dan kebencian. 

Hari Ini Milik Kita, adalah ungkapan yang paling indah dalam "kamus kebahagiaan". Kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan yang paling indah dan menyenangkan.
                                                                                                                                      La Tahzan

Read More
10 Bunga Hidup Bahagia

10 Bunga Hidup Bahagia

10 Bunga Hidup Bahagia
Bunga adalah cikal bakal menjadi buah, sebuah pohon bila akan berbuah tentu dimulai dengan munculnya bunga terlebih dahulu. Kemudian secara perlahan dan bertahap melalui satu masa atau proses bunga itu akan berubah menjadi buah.

Seperti halnya pohon, hidup ini pun akan berbuah kebahagiaan dengan melalui proses bertahap, diantaranya dimulai dari mengamalkan 10 Bunga Hidup Bahagia berikut ini :

1.  Bangun di saat menjelang fajar untuk beristighfar 
"Dan, yang memohon ampun di waktu sahur." (QS. Ali 'Imran : 17)

2.  Menyendiri untuk bertafakkur 
"Dan, mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi." (QS. Ali 'Imran : 191)

3.  Menjalin hubungan dengan orang shalih 
"Dan, bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya." (QS. Al-Kahfi : 28)

4.  Berdzikir 
"Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kamu (dengan menyebut nama Allah), dzikir yang sebanyak-banyaknya." (QS. Al-Ahzab : 41)

5.  Melakukan shalat dua rakaat dengan khusyu' 
"Yaitu orang-orang yang khusyu' dalam shalat mereka." (QS. Al-Muminun : 2)

6.  Membaca Al-Quran dengan tadabbur 
"Tidakkah mereka memperhatikan Al-Quran." (QS. An-Nisa : 82)

7.  Berpuasa pada hari yang sangat panas 
"Meninggalkan makanan, minuman dan syahwatnya karena Aku." (Al-Hadits)

8.  Melakukan sedekah secara sembunyi-sembunyi 
"Hingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya." (Al-Hadits)

9.  Meringankan beban seorang muslim 
"Barangsiapa meringankan kesusahan yang dialami seorang muslim di dunia, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan yang ada di hari Kiamat." (Al-Hadits)

10. Berlaku zuhud terhadap sesuatu yang sifatnya fana 
"Sedangkan kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal." (QS. Al-A'la : 17)

Semoga kita semua bisa mengamalkannya, aamiin....

Read More
Tersenyumlah!

Tersenyumlah!

Tersenyumlah!

Tertawa yang wajar itu laksana 'balsem' bagi kegalauan dan 'salep' bagi kesedihan. Pengaruhnya sangat kuat sekali untuk membuat jiwa bergembira dan hati berbahagia. Bahkan, karena itu Abu Darda' sempat berkata, "Sesungguhnya aku akan tertawa untuk membahagiakan hatiku. Dan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam sendiri sesekali tertawa hingga tampak gerahamnya. Begitulah tertawanya orang-orang yang berakal dan mengerti tentang penyakit jiwa serta pengobatannya."

Tertawa merupakan puncak kegembiraan, titik tertinggi keceriaan, dan ujung rasa suka cita. Namun, yang demikian itu adalah tertawa yang tidak berlebihan sebagaimana dikatakan dalam pepatah, "Janganlah engkau banyak tertawa, sebab banyak tertawa itu mematikan hati." Yakni, tertawalah sewajarnya saja sebagaimana dikatakan juga dalam pepatah, "Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah." Bahkan, tertawalah sebagaimana Nabi Sulaiman ketika,
.... ia tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu
                                                                                 (QS. An-Naml : 19)

Janganlah tertawa sinis dan sombong sebagaimana dilakukan orang-orang kafir,
.... tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka menertawakannya
                                                                                (QS. Az-Zukhruf : 47)

Dan salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada penghuni surga adalah tertawa,
Maka pada hari itu orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir
                                                                                (QS. Al-Muthaffifin : 34)

Orang Arab senang memuji orang yang murah senyum dan selalu tampak ceria. Menurut mereka, perangai yang demikian itu merupakan pertanda kelapangan dada, kedermawanan sifat, kemurahan hati, kewibawaan perangai, dan ketanggapan pikiran.

Pada dasarnya, Islam sendiri dibangun atas dasar prinsip-prinsip keseimbangan dan kemoderatan, baik dalam hal akidah, ibadah, akhlak maupun tingkah laku. Maka dari itu, Islam tak mengenal kemuraman yang menakutkan, dan tertawa lepas yang tak beraturan. Akan tetapi sebaliknya Islam senantiasa mengajarkan kesungguhan yang penuh wibawa dan ringan langkah yang terarah.

Dalam Faidhul Khathir, Ahmad Amin menjelaskan: "Orang yang murah tersenyum menjalani hidup ini bukan saja yang paling mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang yang paling mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab, orang yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan, serta orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain."

Senyuman tak akan ada harganya bila tidak terbit dari hati yang tulus dan tabiat dasar seorang manusia. Setiap bunga tersenyum, hutan tersenyum, sungai dan laut juga tersenyum. Langit, bintang-gemintang dan burung-burung, semuanya tersenyum. Dan manusia, sesuai watak dasarnya adalah makhluk yang suka tersenyum. Itu bila dalam dirinya tidak bercokol penyakit tamak, jahat, dan egoisme yang selalu membuat rona wajah tampak selalu kusut dan cemberut.

Elia Abu Madhi berkata:
Orang berkata, "Langit selalu berduka dan mendung."
Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, cukuplah duka cita di langit sana."
Orang berkata, "Masa muda telah berlalu dariku."
Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, bersedih menyesali masa muda tak akan pernah mengembalikannya."
Orang berkata, "Wajah berseri tidak membuat dunia bahagia yang datang ke dunia dan pergi dengan gumpalan amarah."
Ku katakan, "Tersenyumlah, selama antara kau dan kematian ada jarak sejengkal, setelah itu engkau tidak akan pernah tersenyum."

Sungguh, kita sangat butuh pada senyuman, wajah yang selalu berseri, hati yang lapang, akhlak yang menawan, jiwa yang lembut, dan pembawaan yang tidak kasar.

Maka dari itu, tersenyumlah!

Read More
Hadapi Hidup Ini Apa Adanya

Hadapi Hidup Ini Apa Adanya

Hadapi Hidup Ini Apa Adanya
Kondisi dunia ini penuh kenikmatan, banyak pilihan, penuh rupa, dan warna. Semua itu bercampur baur dengan kecemasan dan kesulitan hidup. Dan, kita adalah bagian dari dunia yang berada dalam kesukaran.

Kita tidak akan pernah menjumpai seorang ayah, istri, kawan, sahabat, tempat tinggal, atau pekerjaan yang padanya tidak terdapat sesuatu yang menyulitkan. Bahkan, kadangkala justru pada setiap hal itu terdapat sesuatu yang buruk dan tidak kita sukai. Maka dari itu, padamkanlah panasnya keburukan pada setiap hal itu dengan dinginnya kebaikan yang ada padanya. Itu kalau kita mau selamat dengan adil dan bijaksana. Pasalnya, betapapun setiap luka ada harganya.

Allah subhaanahu wata'ala menghendaki dunia ini sebagai tempat bertemunya dua hal yang saling berlawanan, dua jenis yang saling bertolak belakang, dua kubu yang saling berseberangan, dan dua pendapat yang saling berseberangan. Yakni, yang baik dan yang buruk, kebaikan dengan kerusakan, kebahagiaan dengan kesedihan. Dan setelah itu, Allah subhaanahu wata'ala akan mengumpulkan semua yang baik, kebagusan dan kebahagiaan itu di surga. Adapun yang buruk, kerusakan dan kesedihan akan dikumpulkan di neraka.

Rasulullah shalallaahu 'alaihi wassalam pernah bersabda :
"Dunia ini terlaknat, dan terlaknat semua yang ada didalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan semua yang berkaitan dengannya, seorang yang 'alim dan seorang yang belajar."

Maka, jalanilah hidup ini sesuai dengan kenyataan yang ada. Jangan larut dalam khayalan. Dan, jangan pernah menerawang ke alam imajinasi. Hadapi Hidup Ini Apa Adanya, kendalikan jiwa kita untuk dapat menerima dan menikmatinya! Bagaimanapun, tidak mungkin semua teman tulus kepada kita dan semua perkara sempurna di mata kita. Sebab, ketulusan dan kesempurnaan itu ciri dan sifat kehidupan dunia.

Bahkan, istri kita pun tak akan pernah sempurna di mata kita. Maka dalam hadits dikatakan, "Janganlah seorang mukmin mencela seorang mukminah (istrinya), sebab jika dia tidak suka pada salah satu kebiasaannya maka dia bisa menerima kebiasaannya yang lain."

Adalah seyogyanya bila kita merapatkan barisan, menyatukan langkah, saling memaafkan dan berdamai kembali, mengambil hal-hal yang mudah kita lakukan, meninggalkan hal-hal yang menyulitkan, menutup mata dari beberapa hal untuk saat-saat tertentu, meluruskan langkah, dan mengesampingkan berbagai hal yang mengganggu.

Semoga bermanfaat ......

Read More
Bersama Kesulitan Ada Kemudahan

Bersama Kesulitan Ada Kemudahan

Bersama Kesulitan Ada Kemudahan

Allah subhaanahu wata’ala telah berfirman :

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah : 5-6)

Berikut adalah pemaparan ayat tersebut dari seorang Ulama bernama DR. ‘Aidh al-Qarni dalam sebuah karya fenomenalnya berjudul La Tahzan.

Wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan, setelah begadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan. Setiap yang hilang pasti ketemu, dalam kesesatan akan datang petunjuk, dalam kesulitan ada kemudahan, dan setiap kegelapan akan terang benderang.

“Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya) atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya.” (QS. Al-Maidah : 52)

Sampaikan kabar gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti datang mengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah. Kabarkan juga kepada orang yang dilanda kesusahan bahwa pertolongan akan datang secepat kelebatan cahaya dan kedipan mata. Kabarkan juga kepada orang yang ditindas bahwa kelembutan dan dekapan hangat akan segera tiba.

Saat Anda melihat hamparan padang sahara yang seolah memanjang tanpa batas, ketahuilah bahwa di balik kejauhan itu terdapat kebun yang rimbun penuh hijau dedaunan.

Ketika Anda melihat seutas tali meregang kencang, ketahuilah bahwa tali itu akan segera putus.

Setiap tangisan akan berujung dengan senyuman, ketakutan akan berakhir dengan rasa aman, dan kegelisahan akan sirna oleh kedamaian.

Kobaran api tidak mampu membakar tubuh Nabi Ibrahim a.s. Dan itu, karena pertolongan Ilahi membuka “jendela” seraya berkata :

“Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya : 69)

Lautan luas tak kuasa menenggelamkan Kalimur Rahman (Musa a.s). Itu, tak lain karena suara agung kala itu telah bertitah,

“Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya, Rabb-ku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS. Asy-Syu’ara : 62)

Ketika bersembunyi dari kejaran kaum kafir dalm sebuah gua, Nabi Muhammad s.a.w. yang ma’shum mengabarkan kepada Abu Bakar bahwa Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Tinggi ada bersama mereka. Sehingga, rasa aman, tenteram dan tenang pun datang menyelimuti Abu Bakar.

Mereka yang terpaku pada waktu yang terbatas dan pada kondisi yang mungkin sangat kelam, umumnya hanya akan merasakan kesusahan, kesengsaraan, dan keputusasaan dalam hidup mereka. Itu, karena mereka hanya menatap dinding-dinding kamar dan pintu-pintu rumah mereka. Padahal, mereka seharusnya menembuskan pandangan sampai ke belakang tabir dan berpikir lebih jauh tentang hal-hal yang berada di luar pagar rumahnya.

Maka dari itu, jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, karena setiap keadaan pasti berubah. Dan sebaik-baik ibadah adalah menanti kemudahan dengan sabar. Betatpapun, hari demi hari akan terus bergulir, tahun demi tahun akan selalu berganti, malam demi malam pun datang silih berganti. Meski demikian, yang gaib akan tetap tersembunyi, dan Sang Maha Bijaksana tetap pada keadaan dan segala sifat-Nya. Dan Allah mungkin akan menciptakan sesuatu yang baru setelah itu semua. Tetapi sesungguhnya, setelah kesulitan itu tetap akan muncul kemudahan.

Semoga bermanfaat….

Read More
Mashur Dalam Pandangan Allah

Mashur Dalam Pandangan Allah

اَدْفِنْ وُجُوْدَكَ فِيْ اَرْضِ الْخُمُوْلِ فَمَانَبَتَ مِمَّالَمْ يَتِمُّ نَتَاجُهُ

“Kuburlah keadaanmu di dalam tanah ketidakmashuran, maka sesuatu yang tumbuh tanpa ditanam, tentu hasilnya tidaklah akan sempurna” (Al-Hikam)

Dalam kehidupan sehari-hari dimanapun juga di dunia ini tidak sedikit orang yang ingin terkenal (mashur) dan disanjung, menjadi pujaan, dambaan, dihormat, menjadi buah bibir masyarakat di setiap tempat tentang kehebatannya, keahliannya, keilmuannya, dan lain sebagainya. Sehingga segala carapun dilakukan untuk menuju hal itu. Ada yang ingin terkenal atau termashur dengan menjadi pejabat, ilmuwan, tokoh, artis, blogger, ulama dan lain-lain.

Bagaimanakah Islam memandang tentang hal ini? Bolehkah menjadi orang terkenal atau termashur?

Islam tidak mendidik penganutnya untuk menjadi sempit dalam berpikir, bahkan sebaliknya Islam itu sangat luas dan fleksibel menjadikan orang maju terdepan. Begitu juga dalam masalah kemashuran, Islam menganggap boleh-boleh saja bahkan terkadang sangat penting apabila sebagai alat peningkatan dakwah, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Contohnya Rasulullah SAW sendiri sangatlah termashur, terkenal namanya, kewibawaannya, ketampanannya, kebaikannnya, hadits-haditsnya, ajaran-ajarannya dan ketinggian ilmunya. Di seluruh dunia orang mengenal beliau, baik orang Islam ataupun non Islam. Begitupun dengan tokoh-tokoh Islam lainnya.

Menjadi orang terkenal banyak sekali caranya, baik dengan cara yang benar maupun dengan cara yang salah, ada orang melakukan kebaikan dengan ikhlas bisa menjadi terkenal, dan ada juga orang yang melakukan kebaikan karena niat ingin terkenal, maka ia pun kadang dapat pula terkenal. Jadi dalam hal ini sekali lagi Islam tidak melarang orang untuk terkenal atau mashur, mashur karena kebaikannya, kepandaiannya, keahliannya, kekayaannya dan lain sebagainya.

Tetapi perlu diperhatikan, dalam hal ini Al-Hikam diatas mengingatkan :

اَدْفِنْ وُجُوْدَكَ فِيْ اَرْضِ الْخُمُوْلِ

“kuburlah keadaanmu di dalam tanah ketidakmashuran” artinya biarlah kita mashur, dikenal orang, apakah karena kebaikan, kedermawanan, keilmuan, atapun karena keshalehan, maka terimalah. Tetapi itu semua jangan dijadikan tujuan, orang tidak tahu siapa kita sebenarnya, yang tahu adalah diri kita sendiri dan Allah SWT. Maka hanya Allah lah yang harus menjadi tujuan, serahkan pada-Nya kemashuran atau keterkenalan itu.

Mashur Dalam Pandangan Allah

Dalam Hikam diatas diilustrasikan ketika manusia beramal, maka kuburlah atau tanamlah amalan itu di tanah kerendahan, dalam arti serahkan semuanya kepada Yang Maha Perkasa Allah SWT. Dan juga diilustrasikan bahwa sesuatu yang tumbuh dari yang tidak ditanam tidaklah akan mendapat kesempurnaan, artinya apabila kita tidak membiasakan menanam amalan baik mulai dari sekarang yaitu dengan menyerahkannya kepada Allah, maka kita tidak akan mendapat kesempurnaan berupa kebahagiaan dunia akhirat dikarenakan riya, ingin dilihat atau mendapat pujian orang lain saja.

Oleh karena itu marilah kita perbaiki segala sikap dan perilaku, kita tingkatkan ibadah, mujahadah, terus selalu taqarub kepada-Nya . Usahakan dan selalu berjuang untuk menjadi orang baik, apabila telah menjadi baik maka terpujilah tapi tidak untuk mencari pujian. Kalau ternyata banyak orang yang memuji serahkan saja kepada Allah SWT, serahkan segalanya pada yang mempunyai segala puji. Jangan merasa baik dan hebat karena terkenal atau termashur. Kuburlah dalam-dalam semuanya itu, demi kesempurnaan kita menuju ridha Allah SWT.

Read More
Dua Macam Cobaan dan Ujian

Dua Macam Cobaan dan Ujian

Sebagaimana kita maklumi bersama, bahwa kehidupan di dunia sepenuhnya merupakan cobaan dan ujian. Sebab dunia itu disebut:

دَارُبَلاَءٍ وَامْتِحَانٍ

“Tempat cobaan dan ujian”

Jadi tidak ada seorang pun yang akan terlewat atau bisa mengelak dari cobaan dan ujian. Adapun cobaan atau ujian yang akan kita alami di dunia ini ada dua macam.

  1. Balaun bilkhairat yaitu cobaan atau ujian berupa kegembiraan kesenangan dan kebahagiaan, seperti sehat, untung dalam niaga, punya kedudukan atau jabatan dan lain sebagainya.
  2. Balaun bissyarri yaitu cobaan atau ujian berupa kesulitan, kesedihan dan kesusahan, seperti sakit, rugi dalam niaga, turun jabatan dan sebagainya.

Dua cobaan atau ujian ini sudah menjadi sunnatullah. Sikap yang harus dimiliki oleh kita untuk menjawab setiap cobaan atau ujian dalam kehidupan tersebut, ada dua macam, yaitu syukur dan sabar. Syukur untuk menjawab balaun bilkhairat, sedangkan sabar untuk menjawab balaun bissyarri.

Rasulullah SAW bersabda :

“Sangat mengagumkan keadaan orang mu’min, sebab segala keadaannya sangat baik, dan tidak mungkin terjadi hal demikian, kecuali bagi seorang mu’min. Jika mendapat nikmat, ia bersyukur, dan jika mendapat kesusahan ia sabar.” (H.R. Muslim)

Cobaan atau ujian itu perlu adanya, sebab tanpa cobaan atau ujian mustahil manusia bisa meningkat kualitas keimanan dan ketakwaan serta hidupnya.

Cobaan atau ujian kesulitan, kesusahan dan kesedihan yang ditimpakan pada orang mu’min, kemudian diterimanya dengan kesabaran, maka akan menjadi sebab diampuni dosanya.

Adapun cobaan atau ujian yang berupa kesenangan, kalau kita tak bersyukur kepada Allah SWT lalu salah menggunakannya, bahkan sampai tidak ada rasa bahwa kesenangan tersebut pemberian dari Allah SWT, maka jangan berharap kesenangan itu akan kekal adanya. Malah Allah SWT akan menurunkan adzab sebagai penggantinya. Na’udzu billahi min dzalik

Begitulah ajaran Allah dan Rasul-Nya, tentang hakikat kehidupan kita di dunia ini. Oleh karena itu sudah seharusnya kita selaku muslim mencamkan ajaran Allah dan Rasul-Nya sehingga menjadi pegangan dan pedoman dalam mengarungi lautan kehidupan yang penuh dengan ujian dan cobaan. Jika sudah menjadi pegangan, hidup kita tidak akan ujub dan takabur apabila mendapat kesenangan dan kebahagiaan, juga tidak akan frustasi atau putus asa apabila mendapat kesulitan dan kesusahan.

Semoga bermanfaat….

Read More
Hamba Allah Yang Baik

Hamba Allah Yang Baik

Hamba Allah Yang Baik
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Furqan ayat 63-69:

“Dan hamba-hamba Allah yang baik ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan. Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata: ‘Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruknya tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah pembelanjaan itu ditengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat pembalasan dosanya. Yakni akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.”

Tanda-tanda hamba Allah yang memiliki akhlak yang baik dijelaskan dalam ayat tersebut:
  1. Hamba Allah yang baik itu adalah yang berjalan di dunia ini jauh dari sifat-sifat ujub, takabur dan riya. Mereka senantiasa hidup di dunia ini dengan rendah hati sopan santun. Artinya mereka selalu berusaha agar hidupnya di dunia ini tidak menjadi gangguan bagi ketertiban umum.
  2. Hamba Allah yang baik itu adalah jika ditanya oleh orang-orang yang jahil (bodoh), jawabannya selalu menyenangkan hati yang bertanya, bukan jawaban yang hanya sekedar ‘mangap’ saja tapi betul-betul jawaban yang diucapkan dengan penuh keikhlasan yang membawa kepada jalan keselamatan, jawaban yang bisa menentramkan hati orang bodoh, bukan jawaban yang membuat sakit hati.
  3. Hamba Allah yang baik itu adalah dimana malam datang mereka hiasi malam tersebut dengan ibadah, baik shalat sunat seperti tahajjud dan witir, maupun dzikir dan istigfar memohon ampunan dari segala dosa yang pernah dilakukan. Malamnya dipakai untuk mengoreksi diri, kalau-kalau tadi siang ada kelakuan yang keluar dari rel agama, banyak yang menyimpang dari aturan-aturan Allah dan RasulNya. Mereka sadar akan kesalahannya dan disertai dengan niat yang suci bahwa kelakukannya yang salah itu, esok hari tidak akan terulang kembali.
  4. Hamba Allah yang baik adalah mereka yang senantiasa berdoa memohon perlindungan dari siksa Jahannam, sebab mereka sadar bahwa Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali. Di malam hari mereka berdoa panjang lebar agar diselamatkan dari ancaman neraka Jahannam, siang harinya mereka berusaha semaksimal mungkin agar tidak melakukan hal yang akan menyebabkan siksa Jahannam.
  5. Hamba Allah yang baik itu adalah mereka yang membelanjakan hartanya dengan sederhana, tidak pelit tidak boros, tapi berada ditengah-tengah. Dalam keadaan kaya raya atau dalam keadaan pailit, mereka tetap membelanjakan hartanya dengan sederhana.
  6. Hamba Allah yang baik itu adalah yang tidak menyembah kepada selain Allah, tidak musyrik, tidak menghambakan dirinya kepada selain Allah. Meskipun ilmu itu penting, mereka tidak menganggap tuhan pada ilmu, meski harta itu penting tapi mereka tak menganggap tuhan pada harta, meski pangkat dan jabatan itu perlu tapi tidak membuat mereka silau dan menganggapnya tuhan. Mereka yakin bahwa hanya Allah saja satu-satunya raja diraja yang berhak disembah dan tidak ada yang menyertaiNya. Manusia bisa menjadi musyrik oleh tiga hal, oleh lisannya, hatinya dan perbuatannya.
  7. Hamba Allah yang baik itu adalah yang tidak membunuh jiwa, baik jiwanya sendiri maupun orang lain.
  8. Hamba Allah yang baik itu adalah yang tidak melakukan zina. Dewasa ini banyak hal dan budaya yang menyebabkan dan bahkan menghalalkan perbuatan zina.
Semoga kita senantiasa diberikan hidayah dan taufik oleh Allah SWT sehingga bisa berusaha semaksimal mungkin menjadi hamba-hamba Allah yang baik. Amiin

Read More