Showing posts with label mimbar jumat. Show all posts
Showing posts with label mimbar jumat. Show all posts
Cucilah 4 Perkara dengan 4 Perkara

Cucilah 4 Perkara dengan 4 Perkara

Cucilah 4 Perkara dengan 4 Perkara
Allah SWT menyeru kita untuk menyegerakan taubat. Allah menghendaki hamba-Nya memperoleh ampunan dan surga. Dia maha penyayang kepada hamba-hamba yang beriman kepada-Nya.

Allah SWT berfirman :

Dan bersegeralah menuju ampunan Tuhanmu (QS. Ali Imran : 133)

Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha (QS. At-Tahrim : 8)

Dan Allah menyeru kalian kepada surga dan ampunan dengan izin-Nya (QS. Al-Baqarah : 221)

Nabi Muhammad SAW bersabda :

Sungguh Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat kepada-Nya daripada (kegembiraan) seseorang yang menunggang untanya di tengah gurun sahara yang sangat tandus, lalu unta itu terlepas membawa lari bekal makanan dan minumannya. Ia putus harapan untuk mendapatkannya kembali. Kemudian dia menghampiri sebatang pohon lalu berbaring di bawah keteduhannya karena telah putus asa mendapatkan unta tunggangannya tersebut. Ketika dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia mendapati untanya telah berdiri di hadapannya. Lalu segera ia menarik tali kekang unta itu sambil berucap dalam keadaan sangat gembira: Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu." Dia salah mengucapkan karena sangat gembira. (HR. Muslim)

Ulama ahli ma’rifat menyatakan :

Cucilah 4 perkara dengan 4 perkara yang lain, yaitu :
1.    Cucilah wajahmu dengan air matamu
2.    Cucilah lisanmu dengan dzikir
3.    Cucilah hatimu dengan rasa takut kepada Tuhanmu
4.    Cucilah dosamu dengan tobat kepada Allah

Read More
Panggilan Mana Yang Sering Kita Penuhi?

Panggilan Mana Yang Sering Kita Penuhi?

Abu Bakar Sidiq ra berkata;
Sesungguhnya iblis berdiri di hadapanmu, sementara nafsu berada di kananmu, hawa nafsu yang buruk ada di sebelah kirimu, dunia ada di belakangmu, anggota badanmu ada di sekelilingmu, dan Allah yang memaksa di atasmu.

Iblis laknat menyerumu untuk meninggalkan agama dan nafsu amarah mengajakmu untuk bermaksiat, nafsu yang lainnya mendorongmu kepada kehendak yang bermacam-macam, dunia mendorongmu agar mementingkan dunia dan melalaikan urusan akhirat, anggota tubuhmu mengajak berbuat dosa, sedangkan Allah yang Maha Perkasa menyerumu untuk mengerjakan amal yang dapat mengantarkan kamu masuk surga dan mendapatkan ampunannya.

Barangsiapa memenuhi panggilan iblis, maka hilanglah agamanya.
Barangsiapa yang memenuhi panggilan nafsu amarah, maka hilanglah jiwanya yang suci.
Barangsiapa memenuhi kehendak dirinya, maka hilanglah akalnya.
Barangsiapa memenuhi panggilan dunia, maka hilanglah urusan akhiratnya.
Barangsiapa yang memenuhi keinginan anggota tubuhnya, maka hilanglah surga darinya.
Barangsiapa yang memenuhi panggilan Allah, maka hilanglah kejelekan-kejelekannya dan dia akan memperoleh segala kebaikan.

Jadi, panggilan mana yang sering kita penuhi? Jawabannnya ada dalam diri kita masing-masing.
Read More
Meraih Gelar Muttaqin

Meraih Gelar Muttaqin

Meraih Gelar Taqwa
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi (yang penuh kebahagiaan) di sisi Tuhan Yang Berkuasa. (QS. Al-Qamar : 54-55)

Orang yang ingin meraih gelar muttaqin, harus memiliki tanda-tanda sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quran.

1. Surat Al-Baqarah ayat 2 - 5 : 
  • Beriman pada yang ghaib
  • Mendirikan salat
  • Menafkahkan sebagaian rezeki yang Allah kurniakan kepadanya
  • Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw) dan sebelum mu.
  • Yakin kepada hari akhirat 

2. Surat Al-Baqarah ayat 177 :
  • Beriman kepada Allah, hari akhirat, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
  • Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (orang dalam perjalanan), orang yang meminta-minta.
  • Membebaskan perbudakan
  • Mendirikan salat
  • Menunaikan zakat
  • Memenuhi janji bila berjanji
  • Bersabar dalam kesengsaraan, penderitaan dan dalam waktu peperangan.

3. Surat Ali 'Imraan ayat 133 – 135 :
  • Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang maupun sempit
  • Orang-orang yang menahan amarahnya
  • Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain
  • Orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya, mereka ingat kepada Allah dan memohon ampun atas dosa-dosanya.
  • Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu

Sayyidina Usman ra, pernah berkata : Bahwa tanda-tanda orang yang taqwa itu ada lima :
  1. Tidak suka bergaul kecuali dengan orang-orang yang baik agamanya. Tidak suka bergaul kecuali dengan orang-orang yang bisa mengekang hawa nafsu syahwat dan lisannya dari perbuatan haram.
  2. Apabila mendapat keuntungan yang bersifat duniawiyah dianggap satu kerugian. Sebab kebanyakan manusia ketika mendapat keuntungan dunia, seperti naik pangkat, jadi orang kaya dan sebagainya, mereka suka melupakan Allah SWT.
  3. Apabila mendapat sedikit dari ilmu agama, mereka merasa mendapat satu keuntungan yang sangat besar.
  4. Apabila makan tidak sampai kenyang, tapi mereka suka berhenti makannya sebelum kenyang.
  5. Mereka memiliki prinsip bahwa dirinya berada pada golongan yang celaka dan mereka memiliki prinsip bahwa semua manusia selamat dari api neraka. Hal ini mengandung arti bahwa mereka tidak mempunyai rasa sombong atau merasa diri paling benar, orang lain tidak.
Masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran dan Hadits yang menjelaskan tanda-tanda orang yang taqwa sebagai pedoman dan panduan untuk kita bisa Meraih Gelar Muttaqin.

Semoga bermanfaat ....

Read More
Belajar Pada Ayam

Belajar Pada Ayam

Belajar Pada Ayam
Pada postingan berkategori Mimbar Jumat kali ini, saya akan berbagi apa yang saya dapatkan dari mengikuti Majelis Dzikir dan Ilmu pada hari kemarin, Kamis (30/08/2012). Berikut adalah paparannya :

Alkisah diceritakan ada dua orang anak yang sedang bertengkar memperdebatkan satu pertanyaan yaitu “Siapa yang paling dulu ada, ayam atau telur?“ Anak A menjawab ayam dulu karena telur tidak akan ada kalau tidak ada ayam. Sementara anak B ngotot menjawab telur dulu, karena ayam berasal dari telur, mana mungkin ayam ada kalau tidak ada telur begitu jawabannya. Kemudian datanglah seseorang yang melerai perdebatan kedua anak tersebut, orang itu berkata : “Anak-anak apa yang kamu jawab tadi dua-duanya tidak ada yang salah, sekarang kakak mau nanya nih…….jawab yang jujur yah…., siapa yang paling  dulu bangunnya, kamu atau ayam ayoooo…..jawab? Anak-anak itu menjawab dengan polosnya,  ayaaamm……….. Kira-kira jawaban kita apa yahhh…….? 

Sahabat blogger, betapa malunya kita sama hewan yang bernama “Ayam”, padahal  kita tahu ayam rumahnya dari bambu, makanan yang dimakannya sisa dari makanan kita, buang hajatnya dimana saja, kakinya tidak pakai sandal apalagi sepatu, tapi Subhanallah… jika kita perhatikan ternyata si ayam ini tidak pernah tidur, orang suka menyebutnya “Tidur Ayam“ artinya tidur yang tidak lelap atau tidak lena.

"Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji" (QS. Al-Isra :79 ).

Apakah kita tidak malu yang katanya mahluk yang sempurna, namun ketika Allah memerintahkan untuk bangun shalat Tahajud, malah membuat pulau di bantal? Guru saya (K.H. Abdul Gaos Saefullah Al-Maslul) mengatakan : “Kalau ingin punya kedudukan harus banyak duduk”. Maksudnya, bukan duduk main kartu atau nonton sinetron, tapi duduk di atas sajadah berdzikir kepada Allah Swt. 

Mengapa orang malas untuk bangun dan melakukan shalat malam (tahajud)? Padahal keutamaannya begitu besar? Mungkin ini jawaban yang akan mewakili kebanyakan orang :

  1. Biarin aja, kan tahajud itu shalat sunnah, jika ditinggalkan juga tidak menjadi dosa
  2. Habis kalau saya bangun malam, nanti di kantor ngantuk, di sekolah ngantuk, di pabrik ngantuk,  jangan-jangan makan juga sambil ngantuk he…he…kagak kali….
  3. Ah…..saya juga tidak tahajud, uang punya, rumah megah, kendaraan bagus, tuh lihat ustadz itu… tahajudnya tak pernah ketinggalan, dzikir, mengaji, membaca al-Qurannya istiqomah. Tetap saja hidupnya susah alias melarat, kacian deehhhh

Mungkin masih banyak alasan lain yang menghalangi untuk kita ber-shalat tahajud. Nah…..sekarang yuk kita belajar pada ayam!

Mengapa ayam bisa bangun dini hari, sedangkan kita terlelap tidur dibuai mimpi indah? Karena ayam terlahir dua kali, mula-mula dari yang mati (telur) kemudian lahir yang hidup (ayam).

Berkata Nabi Isa as : “Manusia tidak akan bisa menembus pintu langit (alam malakut) jika tidak dilahirkan dua kali seperti burung yang lahir dua kali”

Makanya, kita pun harus mengalami dilahirkan dua kali. Pertama secara jismaniyah terlahir dari perut ibu sebagai manusia pilihan, sebab kurang lebih 300 juta sel telur yang masuk, hanya satu yang menjadi manusia yaitu kita. Kedua kita harus berusaha dilahirkan kembali secara ruhaniyah yaitu dilahirkan melalui dzikirullah yang ditanamkan dalam hati kita, sehingga mata hati kita terbuka dan tembus pandang kepada Allah setiap kali melihat ciptaan-Nya.

Demikianlah, semoga bermanfaat...

Read More
Idul Fitri Sebagai Proses Kembali Ke Sang Maha Pencipta

Idul Fitri Sebagai Proses Kembali Ke Sang Maha Pencipta

Idul Fitri Sebagai Proses Kembali Ke Sang Maha Pencipta
Jika kita telusuri ke belakang, pangkal mula pengertian Idul Fitri ialah ajaran dasar agama bahwa manusia diciptakan Allah dalam fitrah kesucian dengan adanya ikatan perjanjian antara Allah dan manusia sebelum manusia itu lahir ke bumi. Perjanjian primordial itu berbentuk kesediaan manusia dalam alam ruhani untuk mengakui dan menerima Allah, (Tuhan Yang Maha Esa), sebagai "Pangeran" atau "Tuan" baginya yang harus dihormati dengan penuh ketaatan dan sikap berserah diri yang sempurna (Islam). Hal ini digambarkan dalam al-Qur'an, demikian :

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengambil dari anak-cucu Adam, yaitu dari pungung-punggung mereka, keturunan mereka dan dia mempersaksikan atas diri mereka sendiri, "Bukankah Aku ini Tuhan kamu? ‘ Mereka semua menjawab :” Benar, kami bersaksi”. Demikianlah, supaya kamu tidak berkata kelak pada hari kiamat : "sesungguhnya kami lalai tentang hal ini” (QS Al A 'raf 7 : 127)

Karena setiap jiwa manusia menerima perjanjian persaksian itu, maka setiap orang dilahirkan dengan pembawaan alami untuk "menemukan" kembali Tuhan dengan hasrat berbakti dan berserah diri kepada-Nya ("ber-islam"). Melalui wahyu kepada Rasulnya, Allah mengingatkan akan adanya perjanjian itu, akan kelak di hari kiamat, ketika setiap jiwa menyaksikan akibat amal perbuatannya sendiri yang tidak menyenangkan, dikarenakan tidak mengenal Tuhannya, janganlah mengajukan gugatan kepada Tuhan dengan alasan tidak menyadari akan adanya perjanjian itu. Sebab, terkias dengan dunia bawah sadar dalam susunan kejiwaan kita, perjanjian primordial tersebut tidak dapat kita ketahui dan rasakan dalam alam kesadaran, tetapi tertanam dalam bagian diri kita yang paling dalam, yaitu ruhani kita. Maka kita semua sangat rawan untuk lupa dan lalai kepada kenyataan ruhani.

"Sesungguhnya merugilah orang-orang yang mendustakan akan menemui Allah sehingga apabila datang Hari Berbangkit dengan tiba-tiba mereka berkata : "Aduhai penyesalan kami atas kelengahan kami (karena tidak mau menemui Allah ketika masih hidup) di dunia" Sungguh mereka memikul dosa, amat berat apa yang mereka pikul itu ". (QS Al An 'am 6 : 31)

Biarpun jauh sekali berada dalam bagian-bagian dasar kedirian kita, yang berhubungan dengan alam kejiwaan bawah sadar, namun karena adanya perjanjian primordial itu maka kesadaran kita tetap mempengaruhi seluruh hidup kita. Adanya perjanjian primordial itu, yang sama dengan alam bawah sadar, merupakan asal muasal pengalaman tentang kebahagiaan dan kesengsaraan. Kita dapat periksa secara analitis kedirian kita yang terdiri dari paling tidak tiga jenjang kewujudan : pertama, wujud kebendaan atau jasmani (jimani, fisiologis); kedua, wujud kejiwaan atau nafsani (nafsani, psikologis); dan ketiga, wujud kesukmaan atau ruhani (ruhani, spiritual). Pengalaman bahagia atau sengsara yang berpangkal dari keberhasilan atau kegagalan memenuhi perjanjian dengan Tuhan adalah merupakan pengalaman ruhani.

Keutuhan atau keterpecahan psikologis merupakan pangkal pengalaman senang atau susah yang lebih tinggi dan mengatasi perasaan nyaman dan tidak nyaman oleh keadaan badan yang sehat atau sakit. Dan pengalaman bahagia atau sengsara dalam dimensi ruhani mengatasi dan lebih tinggi dari pada pengalaman manapun, psikologis, apalagi fisiologis, hidup manusia. Jadi juga lebih hakiki, lebih abadi, dan lebih wujud dari pada lain-lainnya itu.

Semua pengalaman fisiologis nyaman atau tidak nyaman, pengalaman psikologis senang atau tidak senang, dan pengalaman spiritual bahagia atau tidak bahagia selalu terkait dengan terpenuhi atau tidak terpenuhi hasrat untuk kembali kepada asal. Sejak dari bayi yang merindukan ibunya dan merasa tenteram setelah berkumpul dengan ibunya itu, sampai kepada kerinduan setiap orang untuk berkumpul dengan keluarganya dan kembali ke kampung halaman tempat ia dilahirkan atau dibesarkan (yang merupakan dasar kejiwaan dorongan "mudik", saat lebaran), hasrat untuk kembali ke asal itu langsung berkaitan dengan pengalaman-pengalaman mendalam pada masing-masing diri manusia.

Hasrat untuk kembali yang paling hakiki ialah hasrat untuk kembali menemui Tuhan, asal segala asal hidup manusia. Terkias dengan hasrat seorang anak untuk kembali kepada orang tuanya yang diwujudkan dalam keinginan naluriah untuk berbakti kepada keduanya, hasrat untuk kembali kepada Tuhan juga disertai dengan keinginan naluriah untuk berbakti atau menghambakan diri ('abda, ber-ibadah) dan berserah diri (aslama, ber-Islam) kepada-Nya. Tidak ada bakat atau pembawaan manusia yang lebih asli dan alami dari pada hasrat untuk menyembah dan berbakti. Karena itu semua, maka ada ungkapan suci, "Kita semua berasal dari Allah dan kita semua kembali kepada-Nya" (QS 2:156). Karena itu wajar sekali bahwa seruan dalam Kitab Suci agar semua manusia kembali (ber-inabah) kepada Tuhan sekaligus dibarengi dengan seruan untuk berserah diri (ber-islam) kepada-Nya.

Sumber: http://risallah-hati.blogspot.com

Read More