Showing posts with label ramadhan. Show all posts
Showing posts with label ramadhan. Show all posts
Idul Fitri dan Hikmah Ibadah Puasa

Idul Fitri dan Hikmah Ibadah Puasa

Idul Fitri dan Hikmah Ibadah Puasa
Idul Fitri adalah hari suka cita, suka cita bukan karena banyaknya makanan atau memakai baju baru, tapi suka cita, karena kita telah selesai melaksanakan perintah Allah, yaitu ibadah puasa Ramadhan, dengan penuh harapan semoga ibadah puasa kita diterima oleh Allah Swt sehingga jadi wasilah untuk meraih ridha dan maghfirah-Nya.

Meskipun puasa kita laksanakan hanya sebulan, tapi hikmahnya semoga bisa terasa selama setahun, bahkan selama kita masih hidup di dunia serta diteruskan sampai ke alam akhirat. Sehingga dimana kita berjumpa dengan Allah Swt kelak, dalam keadaan Allah ridha kepada kita dan kita pun ridha pada-Nya.

Begitu juga, hikmah dari ibadah puasa bukan hanya untuk kita sendiri saja, namun harus mempunyai nilai sosial, yang terasa nikmat serta manfaatnya bukan oleh kita saja tapi juga oleh khalayak banyak, yang menjadi anggota masyarakat. 

Kalau bagi seorang pemimpin, hikmah dari puasa bisa terlihat dan terasa oleh anak buahnya, berupa nasihat yang membawa pada keselamatan, kemaslahatan dan kesejahteraan yang merata. Bagi anak buah atau rakyat terlihat dari ketaatan dan kepatuhan kepada pemimpinnya. Bagi yang kaya yang dititipi harta akan terlihat dan terasa kedermawanannya kepada yang membutuhkan. Buat pedagang akan lebih berhati-hati dalam urusan jual beli, tidak akan berani lagi menjual dengan timbangan yang ringan, membeli dengan timbangan yang berat. Untuk petani akan lebih waspada terhadap urusan batas tanah, tak akan berani lagi mencangkul pematang orang lain sehingga tanahnya bertambah luas. Tegasnya hikmah dari ibadah puasa, adanya perubahan dari yang jelek kepada yang baik. 

Yang disebut benar dan baiknya ibadah, bukan hanya dilihat dari cara dan tempat serta waktunya saja, tapi bisa dilihat dari hikmahnya dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun caranya benar menurut sunnah, tapi hikmahnya tidak terasa maka ibadah tersebut belum tentu bisa diterima oleh Allah Swt. Sebagaimana diterangkan dalam sebuah riwayat, bahwa ada seorang wanita yang rajin shalat, baik yang fardhu maupun yang sunnah. Para sahabat menilai wanita tersebut akan menjadi ahli surga. Sebab dilihat dari rajinnya melaksanakan shalat. Tapi, menurut Rasulullah Saw wanita tersebut bukanlah calon ahli surga melainkan calon ahli neraka. Para sahabat kaget, lalu bertanya pada Rasulullah tentang alasannya, Rasulullah Saw menjawab, bahwa wanita tersebut meskipun rajin shalat, tapi suka menyakiti atau menganggu tetangganya. Hal ini menunjukkan bahwa shalat yang dilakukan oleh wanita tersebut, hanya sekedar memperhatikan cara, tempat dan waktunya saja. Tidak memperhatikan hikmahnya shalat, yaitu akhlak yang baik dan mulia terhadap tetangga, selaku teman hidup sehari-hari.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim disebutkan : “Empat macam sifat yang barangsiapa ada padanya keempat macam sifat itu, berarti dia orang munafik tulen. Dan barangsiapa yang ada padanya sebahagian daripada sifat-sifat tersebut berarti ia mengandung sebahagian daripada sifat munafik sehingga ia mau meninggalkannya. Apabila dia berbicara, berdusta. Apabila dipercaya, khianat. Apabila berjanji ia menyalahi akan janjinya. Dan apabila bertengkar, berbuat curang”

Dalam hadits  tersebut kita bisa mengetahui, bahwa baik dan benarnya ibadah, bisa dilihat dari hikmahnya yang terlihat dan terasa saat bergaul dalam kehidupan sehari-hari dengan sesama. 

Khusus untuk ibadah puasa, Allah Swt memberitahu tujuannya, yaitu supaya orang-orang yang beriman menjadi orang-orang yang takwa. La’allakum tattaquun. Memang pada bulan Ramadhan, suasana ketakwaan terlihat dan terasa oleh kita semua. Orang yang sedang melaksanakan puasa mampu menahan dirinya dari segala perbuatan yang diharamkan oleh Allah Swt, dan memaksakan diri untuk melaksanakan segala yang diperintahkan Allah Swt dan Rasul-Nya. Mesjid-mesjid makmur, penuh dengan jamaah shalat tarawih, pada waktu sahur dan subuh ramai membaca al-Quran melalui pengeras suara, kotak-kotak amal penuh dengan uang dari sedekah dan infak, artis-artis turut serta memberi ceramah agama, malah mendadak memakai tudung. Di radio, di TV penuh dengan acara yang bernuansa Islami, itu semua tidak bisa ditolak merupakan suasana ketakwaan. Tapi suasana ketakwaan yang diharapkan oleh Allah tentunya bukan hanya saat Ramadhan saja, tapi harus tetap selamanya, selama kita masih hidup di alam dunia.

Mudah-mudahan Idul Fitri dan ibadah puasa Ramadhan tahun ini, bisa mengantarkan kepada tumbuhnya kesadaran dalam diri kita, sehingga hikmahnya tidak sekedar pahalanya saja, tetapi lebih dari itu, memiliki kekuatan untuk merubah sikap dan tingkah laku yang tidak sepadan dengan agama menjadi sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Sehingga membawa kepada keselamatan dunia dan akhirat.

Read More
Mudik Hakiki

Mudik Hakiki

Mudik Hakiki
Ramadhan sebentar lagi usai dan Idul Fitri akan segera tiba. Orang-orang yang diperantauan sudah sibuk mempersiapkan diri dengan banyak atau sedikit uang THR (Tunjangan Hari Raya) yang telah diterima untuk melakukan mudik. Kata Mudik kalau dikira-kira adalah akronim dari dua suku kata “mu” = mulang (pulang) dan “dik” = udik (kampung). Jadi mudik artinya pulang kampung.

Mudik adalah kegiatan perantau untuk kembali ke kampung halaman atau kembali ke akar kebudayaan, ke tempat dimana dilahirkan, di daerah yang menjadi asal muasal keluarga besar. Menjelang Hari Raya Idul Fitri, nuansa mudik mulai terasa kental. Bahkan berbagai persiapan sudah dilakukan dari jauh-jauh hari. Pemesanan tiket, perbekalan dan oleh-oleh untuk sanak saudara di kampung halaman pun sudah dipersiapkan sedemikian rupa. 

Tradisi mudik pada Idul Fitri pada dasarnya mengandung nilai positif. Karena di sinilah kita bisa berkunjung dan menyambung lagi silaturrahim, berbagi keceriaan dan kebahagiaan dengan orangtua, sanak saudara, kerabat dan handaitaulan di kampung halaman. 

Namun sadarkah kita, bahwa sebenarnya kita semua adalah perantau dan pasti akan mengalami mudik atau pulang ke kampung halaman, tempat dimana kita semua berasal yakni kampung akhirat. Inilah Mudik Hakiki, mudik yang akan dialami oleh seluruh umat manusia, tak peduli kaya atau miskin, baik atau tidak, pejabat ataupun rakyat, mau tidak mau, suka tidak suka harus melakukannya. 

Mudik Hakiki adalah mudik yang tidak pernah kembali lagi ke perantauan, karena di sanalah tempat abadi kita. Untuk menuju ke sana hanya ada satu jalan dan kendaraan, yaitu kematian. Kematian akan menjemput kita. Akhirat adalah kampung halaman dengan satu pintu, sekali melewatinya, maka sudah pasti dan tidak akan mungkin bisa kembali lagi ke perantauan dunia. Hal itu sebagaimana yang difirmankan Allah, “Katakanlah sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri darinya itu, pasti akan menemui kamu, kemudian kamu semua akan dikembalikan ke Dzat yang Maha Mengetahui segala yang gaib serta yang nyata.” (QS. Al-Jumu'ah:8).

Mudik Hakiki adalah mudik yang tidak akan pernah tersentuh atau terpengaruh oleh berbagai krisis apapun. Mudik ke kampung halaman di dunia atau ke kampung halaman akhirat, sama-sama membutuhkan persiapan bekal. Bekal untuk mudik di dunia beragam rupanya bisa uang atau harta benda lainnya. Sedangkan bekal untuk mudik ke kampung akhirat hanya keimanan dan ketakwaan. 

Untuk mudik ke kampung halaman menjelang Idul Fitri, tanpa kita sadari selama sebelas bulan lamanya, berbagai persiapan kita lakukan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin bekal yang akan kita bawa pulang. Lalu , sudah sebanyak apakah bekal yang telah kita persiapkan selama hidup di dunia untuk mudik ke kampung akhirat? 

Allah selalu mengingatkan kita agar jangan sampai menyesal ketika kematian datang dan kita masih belum punya bekal yang akan dibawa yang dapat menyelamatkan kita di alam kubur dan alam akhirat kelak. Sebagaimana orang-orang yang menyesal karena saat kematian tiba bekal yang dibawanya tidak cukup dan merengek kepada Allah supaya jangan dimatikan terlebih dahulu, atau kalau pun sudah dimatikan ingin dikembalikan lagi ke dunia. “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: ‘Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (QS.: Al-Munafiqun [63]:10).

Imam Ali bin Abi Thalib, pernah berkata, “Sesungguhnya kita berada pada hari dimana hanya ada amal tanpa ada perhitungan, dan sesungguhnya kita menuju hari dimana hanya ada perhitungan tanpa ada amal”. 

Oleh karena itu, mari kita jadikan setiap detik dan helaan nafas dalam hidup kita ini sebagai detik dan helaan nafas pengumpulan bekal mudik ke kampung akhirat kita, dan jadikan seluruh sisa umur kita, menjadi ajang persiapan mudik ke kampung akhirat, baik dengan beribadah secara vertikal maupun horizontal. 

Semoga pada saat datangnya waktu giliran kita untuk mudik ke kampung akhirat, bekal kita telah mencukupi sehingga kita mendapatkan tempat yang terbaik di kampung akhirat kelak. Amin

Read More
Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah

Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah

Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah
Ramadhan telah memasuki 10 hari terakhir, selain ibadah puasa dan ibadah yang lainnya ada satu lagi kewajiban bagi umat Islam yaitu mengeluarkan Zakat Fitrah

Zakat Fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu lelaki dan perempuan muslim yang berkemampuan pada bulan Ramadhan dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Sedangkan besar zakat fitrah yang dikeluarkan menurut para ulama adalah sesuai penafsiran terhadap hadits yaitu sebesar satu sha' (1 sha'=4 mud, 1 mud=675 gr) atau kira-kira setara dengan 3,5 liter atau 2.5 kg makanan pokok atau yang biasa dikonsumsi di daerah bersangkutan.

Penerima zakat fitrah secara umum ditetapkan dalam 8 golongan/asnaf, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah ayat 60 :

“Sesungguhnya, zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah.”

Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah :

  1. Waktu yang paling tepat adalah mulai dari terbit fajar pada hari ‘Idul Fithri hingga dekat waktu pelaksanaan shalat ‘ied.
  2. Waktu yang dibolehkan yaitu satu atau dua hari sebelum ‘ied.
  3. Boleh juga dibayarkan sejak awal Ramadhan

Bacaan Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah Untuk Diri Sendiri :

“Nawaitu an ukhrija zakatal fithrati ‘an nafsi fardhan ‘alayya lillahi ta’ala”
Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri, wajib atasku karena Allah ta’ala.

Bacaan Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah Untuk Keluarga :

“Nawaitu an ukhrija zakatal fithrati ‘an nafsi wa ahli……fardhan ‘alayya lillahi ta’ala”
Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah, bagi diriku dan keluargaku (sebutkan namanya satu persatu; istri, anak-anak dan yang menjadi tanggungan) wajib atasku karena Allah Ta’ala.

Bacaan Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah Untuk Orang lain :

“Nawaitu an ukhrija zakatal fithrati li…fardhan lillahi ta’ala”
Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah bagi… ( namanya) karena Allah ta’ala.

Bacaan Doa Menerima Zakat Fitrah :

“Ajarakallahu fiimaa  a’thaita wa baaraka fiimaa abqaita waja’ala laka thahuuraa”
Semoga Allah Membalas apa yang engkau beri dan memberkahi harta yang engkau sisakan dan menjadikannya harta yang bersih untukmu.

Read More
Nuzuulul Quran : Bacaan dan Perkembangannya

Nuzuulul Quran : Bacaan dan Perkembangannya

Nuzuulul Quran : Bacaan dan Perkembangannya

Pada postingan Mimbar Jumat kali ini, saya ingin berbagi pengetahuan tentang al-Quran yang saya dapat dari halaman Facebook KH Muchtar Adam, beliau adalah Dewan Pembina di Pondok Pesantren Babussalam, Bandung Jawa Barat. Alhamdulillah beliau telah mengizinkan saya untuk menyalinnya di blog Dunia Info dan Tips ini dan hanya sedikit sekali yang saya tambahkan.

Ramadhan disebut bulan al-Quran, karena didalamnya ada peristiwa besar bagi umat Islam, yaitu Nuzuulul Quran (Turunnya al-Quran). Sehingga salah satu amalan sunnah bulan Ramadhan yang utama adalah tadarrus al-Quran. Al-Quran diturunkan oleh Allah dalam 3 tahapan yaitu :
  1. Dari Allah ke Lauhil Mahfudz yang semua orang tidak tahu kapan, tanggal, bulan, dan tahunnya. Diturunkannnya secara sekaligus (jumlatan wahidatan).
  2. Dari Lauhil Mahfudz ke Bait al-'Izzah (langit dunia) pada waktu Lailatul Qadar di bulan Ramadhan, namun tanggalnya tak diketahui. Surat Al-Qadr ayat 1 dan Al-Baqarah ayat 185 adalah ayat yang menunjukkan turunnya Al-Quran dari Lauhil Mahfudz ke Bait al-'Izzah. Diturunkannnya secara sekaligus (jumlatan wahidatan).
  3. Dari Bait al-'Izzah kepada Rasulullah Saw. Penurunannya tidak sekaliigus, namun berangsur-angsur berdasarkan kebutuhan, peristiwa, atau kejadian atau bahkan permintaan lewat malaikat jibril. Ayat pertama turun tepat pada tanggal 17 Ramadhan, surat Al-‘Alaq ayat 1-5. 

7 Macam Bacaan Al-Quran (Qiraah Sab’ah)


إن هذا القرآن أنزل على سبعة أحرف فالقرؤا ما تيسر منه
"Sesungguhnya al-Quran ini diturunkan dengan 7 macam bacaan, maka hendaklah kalian membaca dengan cara yg mudah dari padanya." 

Cara-cara yang diajarkan Nabi itu berasal dari Malaikat Jibril. Hal ini sesuai dengan hadits yg diriwayatkan oleh Bukhari yg artinya : “Malaikat Jibril telah membacakan kepadaku dengan satu cara bacaan, tetapi kami memohon mengulanginya, sehingga aku selalu minta mengulanginya maka dia selalu menambah bacaan kepadaku sehingga sampai berjumlah 7 bacaan.” 

Pakar 7 ahli qiraah itu : 
  1. Madinah : Imam Nafi'bin A.Rahman. Perawinya : Qulun Abu Musa Isa bin Mina dan Warasy Abu Sa'id Utsman bin Sa'id.
  2. Kufah : Abu Bakar 'Ashim bin Abi Nujud al-Asadi. Perawinya : Abu Syu'bah bin Ilyas dan Abu Amar Hafasy bin Sulaiman.
  3. Kufah : Hamzah bin Habib al-Timi. Perawinya : Abu Muhammad dan Abu Isa
  4. Syam : 'Abdullah bin Amir. Perawinya : Al-Bazzidan Qunbul.
  5. Makkah : Abu Ma'bad 'Abdullah bin Katsir. Perawinya : Abu Bakar Abu Amar.
  6. Bashrah : Abu Amr. Perawinya Al-Durawi Abu Amr Hafas dan AlSusi.
  7. Kufah : Abu Hasan Ali bin Hamzah al-Kisai. Perawinya : Abdul Harisal-Laits. 

Tujuh qiraah ini sangat populer di kalangan ahli quran dengan sebutan “Qiraah Sab’ah”  Sampai saat ini diakui sebagai qiraah yang memiliki derajat mutawatir dan sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw.

Imam Al-Maliki mengatakan, ada 2 alasan mengapa dinamakan qiraah sab’ah, yaitu 
  1. Khalifah Ustman ketika mengirim copy mushhaf ke daerah-daerah itu jumlahnya 7 buah yang masing-masing disertai dengan ahli qiraah yang mengajarkannya yang berjumlah 7.
  2. 7 qiraah itu adalah sama dengan 7 cara (dialek) bacaan diturunkannya Al-Quran.

Sejarah Perkembangan 'Ulum al-Quran

  1. 'Utsman bin 'Affan, perintis 'Ilmu Rasmi al-Quran (Rasmi 'Utsmani) yaitu tulisan dan penulisan al-Quran. 
  2. 'Ali bin Abi Thalib perintis I'rab al-Quran, yang memerintahkan kepada Abu al-Aswad al-Duali (69 H) untuk menyusun grammar bahasa Arab (Nahwu). Ini dilaksanakan semata-mata menjaga bahasa Arab dari berbagai pencemaran, teristimewa untuk menjaga kesucian al-Quran.

Setelah berakhir masa Khulafaurrasyidin, maka muncullah 3 Pesantren al-Quran yg dipelopori oleh Sahabat Rasulullah Saw :

1. Di Madinah, tokohnya Ubay bin Ka'ab, dengan metode tafsirnya :
  • Al-Quran ditafsirkan dengan al-Sunnah
  • Tafsir melalui pemahaman yang disandarkan kepada keumuman Islam (Manhij al-Mufassirunal-Tafsir fi 'Ashri al-Shahabah 153-154) Penafsiran yang bertolak dari Asbab al-Nuzul.
2. Di Mekah, tokohnya 'Abdullah bin 'Abbas yang dikenal dengan Ibnu 'Abbas, dengan metode tafsirnya :
  • Al-Quran ditafsirkan dengan al-Quran
  • Ayat ditafsirkan dengan al-Sunnah
  • Ayat ditafsirkan dengan al-ra'yu (akal) yang sesuai dengan jiwa umumnya al-Quran dan al-Sunnah (Manhij al-Mufassirunal-Tafsir Ashri al-Shahabah 1/68-70)
3. Di Kufah, tokohnya 'Abdullah bin Mas'ud, yang dikenal dengan Ibnu Mas'ud, dengan metode tafsirnya:
  • Al-Quran ditafsirkan dengan al-Quran (Ayat dengan Ayat) 
  • Jika beliau tidak menemukan al-Quran, maka beliau menafsirkan dengan al-Sunnah
  • Jika tdk menemukan sunnah Nabi, maka Ibnu Mas'ud menafsirkan dari segi pemahaman bahasa Arab

Dari 3 Pesantren al-Quran dengan pakar-pakarnya dari sahabat tersebut, lahirlah ulama Tabi'in yaitu : 

1. Madinah, santri Ubay bin Ka’ab
  • Abu al-'Aliyah al-Rayahi (wafat 708 M)
  • Muhammad bin Ka'ab al-Qarzi (wafat 735 M)
  • Zaid bin Aslam (wafat 747 M)
  • A. Rahman bin Zaid (salah satu guru Imam Malik)
  • Sa'id bin Musayyab
2. Mekah, santri Ibnu 'Abbas :
  • Sa'id bi Zubair
  • Mujahid ibn Jabar al-Makki (wafat 722 M) 
  • Ikrimah (wafat 723 M)
  • Thawus Ibnu Kaysan al-Yamani ( wafat 724 M)
  • Atha Ibnu Abi Rabah (wafat 732 M)
  • Abu al-Sya'syai Jabir bin Zaid (wafat 93 H)
3. Kufah, santri Ibnu Mas'ud :
  • Zar bin Habiysyi bin Habasyah (wafat 82 H)
  • Abdurrahman al-Salma (wafat 74 H)
  • Ubaid bin Nadlah (wafat 75 H)
  • Alqama bin Qays bin 'Abdillah al-Nakhaiy al-Kufi (wafat 62 H)
  • Hasan Bashri yang terkenal Ulama Fiqhi, Ulama Tafsir dan Ulama Shufi (wafat 738 M), 
  • Qatadah al-Sadusi (wafat 735 ) dan lain-lain... 

Dari 3 Pondok Pesantren ini berkembanglah Tafsir, dan Fiqhi Islam yang berbeda-beda, yang membutuhkan keuletan menelitinya, tidak cukup mengamblil dari satu orang saja, dari satu kitab saja, dan setiap yang berbeda jangan langsung dituduh sesat, bid'ah dan sebagainya, alangkah piciknya hal itu. Dari guru-guru inilah nanti lahir Fuqaha, yaitu ahli-ahli fiqhi yang masing-masing berbeda-beda pendapat dan fahamnya.

Semoga bermanfaat…

Read More
Penyebab Mengantuk Saat Berpuasa

Penyebab Mengantuk Saat Berpuasa

Penyebab Mengantuk Saat Berpuasa

Rata-rata kebanyakan orang yang sedang berpuasa terutama di bulan Ramadhan suka dihinggapi rasa ngantuk yang tak tertahankan,  jika dibandingkan dengan saat tidak berpuasa. Sehingga mengantuk sering dianggap suatu hal yang wajar bagi orang yang sedang berpuasa. Bahkan kadang-kadang sering juga dijadikan alasan untuk tidak atau berhenti beraktivitas.

Lalu, apa yang menyebabkan orang sering mengantuk saat berpuasa? 

Penyebab Mengantuk Saat Berpuasa, diantaranya adalah pola tidur kita berubah selama puasa utamanya di bulan Ramadhan. Yang biasanya jam 2 atau 3 pagi masih terlelap tidur, namun pada saat puasa kita harus bangun untuk makan sahur, karena belum terbiasa bangun terlalu cepat, rasa ngantuk itu selalu datang terutama menjelang siang.

Selain itu, mengantuk saat berpuasa disebabkan juga oleh berkurangnya kadar glukosa dalam darah yang membuat otak sulit berkonsentrasi. Otak memerlukan energi dalam bentuk glukosa, jadi apabila aliran glukosa ke jaringan otak berkurang maka hal ini akan mempengaruhi sistem kerja otak. 

Hampir 60% asupan glukosa tubuh dikonsumsi oleh otak, jika energi yang dihasilkan makanan sudah menipis, maka organ hati akan mengeluarkan cadangan glikogen untuk menambah energi. Jika tubuh tidak memperoleh energi tambahan (dalam bentuk asupan makanan), maka tubuh akan lemas dan terjadi penurunan kadar gula darah dalam tubuh dan inilah yang membuat kita mengantuk.

Satu hal lagi yang menyebabkan mengantuk disaat puasa adalah karena rendahnya asupan zat besi dalam tubuh.

Adakah cara untuk mengatasinya? Tentu saja ada, diantaranya adalah saat makan sahur dan buka puasa, kita harus memperbanyak makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, seperti beras merah, ubi, jagung, singkong, roti gandum. Karena makanan tersebut akan menahan glikogen lebih lama, untuk menghasilkan glukosa.

Ditambah lagi sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti tempe, oncom, kacang-kacangan, teri kering, sayuran daun hijau, hati dan daging. Makanan yang mengandung zat besi sangat membantu tubuh dalam menyerap oksigen sehingga tidak cepat mengantuk.

Juga jangan lupa mengkonsumsi buah-buahan, selain sebagai pencuci mulut buah segar yang kaya vitamin C dapat memacu efektivitas penyerapan zat besi. Dan perbanyaklah mengkonsumsi air putih, untuk menjaga stamina tubuh. Karena saat puasa tubuh lebih peka terhadap kekurangan air dibanding dengan kekurangan makanan.

Disarankan sepanjang puasa Ramadhan kita harus minum air putih sedikitnya 2.000 - 2.500 ml (1 gelas = 250 ml), dari mulai berbuka sampai sahur agar tubuh tetap segar sepanjang hari. Hal ini dikarenakan untuk melakukan kegiatan rutin harian, setiap orang rata-rata menghabiskan 2.000 Kalori. Nah untuk menggantikan setiap 1 Kalori energi diperlukan asupan air 1 ml. Maka untuk menghemat kalori dan menghindari dehidrasi sebaiknya jangan melakukan olahraga lebih di pagi hari, seperti lari pagi, sebaiknya lakukan saja di sore hari. 

Demikianlah info dan tips kesehatan di saat menjalankan puasa Ramadhan, semoga bermanfaat ….

Read More
Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan

Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan

Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan

Umat Islam, selain harus merasa gembira dan bahagia dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang penuh berkah, serta melakukan sedikitnya 4 persiapan pada diri dan jiwa masing-masing. Juga ketika telah memasukinya kita jangan menyia-nyiakan Ramadhan atau membiarkan bulan penuh rahmat berlalu begitu saja. Namun diharapkan kita mengisinya dengan berbagai amalan, diantaranya dengan Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan.


Makan sahur dan mengakhirkannya

Rasulullah SAW Bersabda :
“Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Zar Al-Ghifari ra. dengan riwayat marfu`, ”Umatku masih dalam kebaikan selama mendahulukan buka puasa dan mengakhirkan sahur.” (HR. Ahmad)

Dari Abi Said al-Khudri RA : “Sahur itu barakah maka jangan tinggalkan meski hanya dengan seteguk air.” (HR. Ahmad)

Menyegerakan Berbuka Puasa

Menyegerakan berbuka akan mendatangkan kebaikan. Rasulullah SAW bersabda :
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengawali berbuka puasa dengan kurma, atau makanan yang manis-manis, namun kalau tidak ada maka dengan minum air. ”Rasulullah SAW berbuka dengan rutbaat (kurma segar) sebelum beliau shalat, apabila tidak ada maka dengan beberapa tamar (kurma) dan apabila tidak ada, beliau meminum air.” (HR Abu Dawud)

Membaca Al Qur’an

Ramadhan disebut juga bulan al-Quran, karena pada bulan Ramadhan untuk pertama kalinya al-Quran diturunkan.

Firman Allah SWT :
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (Al-Baqarah : 185)

Al-Qur'an diturunkan untuk dibaca oleh setiap muslim, direnungkan dan dipahami makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhan dan pemberi syafa'at baginya pada hari Kiamat. Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat dan celaka di dunia dan akhirat, sebagaimana firmanNya "Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (Thaha:123),

Maka alangkah baik dan tepat, bila kita memperbanyak membaca al-Quran di bulan Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda :
"Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR. At-Tirmidzi, katanya: hadits hasan shahih).

Shalat tarawih

Salah satu keutamaan bulan Ramadhan yang tidak kita dapati pada bulan yang lain adalah adanya shalat tarawih dengan pahalanya yang begitu melimpah. Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa shalat tarawih dengan dilandasi keimanan dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Meninggalkan perkataan kotor

Selalu berpikir positif dan melakukan hal-hal yang bermanfaat serta meninggalkan perkataan-perkataan yang sia-sia apalagi kata-kata kotor yang dapat merusak pahala ibadah puasa.
Dari Abu hurairah ra bahwa Nabi Muhammad saw bersabda : ”Berpuasa bukan hanya (menahan) dari makan dan minum, sesungguhnya berpuasa dari lagwun (perbuatan yang sia-sia) dan rafats (perkataan yang kotor)…” ( HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Hakim)

Memperbanyak Sedekah

Salah cara untuk meraih keuntungan besar di bulan Ramadhan adalah dengan memperbanyak sedekah. Sebagai upaya dan ungkapan rasa kasih sayang terhadap fakir miskin. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umatnya untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah. Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta’ala, sebagaimana hadits:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi)

Diantara sedekah di bulan Ramadhan adalah memberi ifthar, yaitu memberi makan kepada orang yang berpuasa.

Rasulullah Bersabda :
“Barang siapa yang memberi ifthar (untuk berbuka) orang-orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun.” (HR Bukhari dan Muslim)

Memperbanyak Doa

Doa orang berpuasa adalah salah satu doa yang paling mustajab. Dalam kondisi seseorang berpuasa, apalagi jika yang berpuasa itu bukan hanya panca inderanya, akan tetapi juga hatinya ikut berpuasa maka doanya akan mudah dikabulkan oleh Allah Swt. Diantara sebab dikabulkannya doa adalah bersihnya hati, sehingga cahaya doa dapat langsung menembus arys dan didengar serta dikabulkan oleh Allah Swt.

I‘tikaf

Disunnahkan untuk beri‘tikaf terutama pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Salah satunya untuk mendapatkan pahala lailatul qadar yang menurut Rasulullah SAW ada pada malam-malam 10 terakhir bulan Ramadhan. Dengan mengkhususkan diri berdiam selama beberapa hari di masjid untuk lebih ber mujahadah dalam ibadah. 

Aisyah RA berkata, ”Bila telah memasuki 10 malam terakhir bulan Ramadhan, Nabi SAW menghidupkan malam, membangunkan keluarganya (isterinya) dan meninggalkan isterinya (tidak berhubungan suami isteri)." (HR Bukhari dan Muslim)

Demikianlah beberapa diantara Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan, yang perlu dilakukan sebagai penyempurna ibadah puasa kita. Sebetulnya masih banyak amalan-amalan yang lain, oleh karena itu jika berkenan sahabat blogger dan pembaca sekalian bisa menambahkannya di dalam kotak komentar.

Read More
Hindari Lari Pagi Usai Sahur

Hindari Lari Pagi Usai Sahur

Hindari Lari Pagi Usai Sahur
Ketika sebelum masuk bulan Ramadhan kita sebaiknya melakukan berbagai persiapan, diantaranya persiapan jasadiyah (persiapan kondisi badan) yang baik. Begitu pun ketika sudah berada dalam bulan Ramadhan, kita harus senantiasa menjaga kondisi badan agar tetap bugar dan stabil sehingga dapat melalui ibadah puasa Ramadhan dengan lancar.

Untuk menjaga kondisi badan agar tetap bugar, sehat dan stabil di bulan Ramadhan ini, salah satunya dengan tetap berolahraga. Namun menurut pakar gizi dari Persatuan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI), Dr. dr. Fiastuti Witjaksono SpGK., MSc bahwa olahraga lari pagi seusai sahur harus dihindari.

Menurut beliau, aktifitas fisik seperti ini sebaiknya dihindari seusai sahur, karena dapat memicu dehidrasi saat menjalani ibadah puasa. Resiko dehidrasi terjadi karena jarak waktu kegiatan makan dan minum sejak sahur hingga buka puasa cukup lama.

Selain itu tulang yang berbenturan serta napas yang terengah-engah, memicu pengeluaran keringat lebih banyak. Sedangkan asupan cairan yang masuk ke dalam tubuh tidak ada sampai waktu berbuka, inilah pemicu dehidrasi.

Sebaiknya olahraga lari atau jogging dilakukan pada saat menjelang waktu berbuka puasa atau seusai berbuka. Namun jika ingin melakukannya di pagi hari, sebaiknya diganti dengan olahraga jalan pagi saja. Selain bagus untuk kebugaran tubuh, jalan pagi juga baik untuk menjaga tulang tetap kuat dan sehat.

Semoga bermanfaat, dan tetap semangat menjalankan puasa Ramadhan.

Sumber : antaranews.com

Read More
Pesantren Ramadhan Membentuk Karakter Siswa

Pesantren Ramadhan Membentuk Karakter Siswa

Dengan tibanya bulan suci Ramadhan, maka dimulailah sebuah kegiatan rutin tahunan yang dinamakan Pesantren Ramadhan. Pada bulan Ramadhan sebagian besar sekolah tidak meliburkan siswanya, namun memindahkan siswa belajar dari sekolah ke masjid, surau, mushala, madrasah diniyah dan pesantren. Pesantren Ramadhan adalah salah satu bentuk pendidikan non formal yang tepat untuk menambah wawasan siswa dibidang keagamaan.

Hampir seluruh siswa SD, SMP dan SMU yang beragama Islam diwajibkan mengikuti Pesantren Ramadhan di daerahnya masing-masing dengan tak lepas monitoring dari pihak sekolah.

Pesantren Ramadhan Membentuk Karakter Siswa
Peserta Pesantren Ramadhan Tingkat SD
Pesantren Ramadhan Membentuk Karakter Siswa
Peserta Pesantren Ramadhan Tingkat SMP
Pesantren Ramadhan yang berlangsung kurang lebih 1 – 2 minggu tersebut, diharapkan mampu menjadi ajang pembinaan mental spiritual dan ketakwaan siswa. Selain itu kegiatan tersebut merupakan upaya untuk pembentukan karakter siswa.

Dalam Pesantren Ramadhan siswa tidak hanya diberikan pelajaran hafalan tentang teori-teori ibadah, namun tujuannya lebih kepada pembentukan akhlak.  Semua yang dipelajari diarahkan untuk peningkatan prakteknya sehingga bermuara kepada pembentukan karakter.

Kegiatan Pesantren Ramadhan setiap harinya dimulai selepas subuh dengan kuliah subuhnya, setelah itu para peserta masuk lagi nanti untuk melaksanakan shalat Dhuha dan tadarus al-Quran. Selanjutnya diteruskan dengan kegiatan belajar mengajar sesuai jadwal yang telah ditentukan. Biasanya peserta  siswa SD hanya sampai waktu dzuhur, selepas shalat Dzuhur mereka pulang. Sedangkan untuk siswa SMP dan SMU terus dilanjutkan sekitar satu jam lagi.

Kegiatan Pesantren Ramadhan pun bisa menjalin persatuan dan kesatuan diantara siswa sekolah, karena pada pelaksanaannya siswa dari sekolah yang satu berbaur dengan siswa dari sekolah yang lainnya.

Semoga kegiatan Pesantren Ramadhan bukan sekedar sebagai kegiatan rutin tahunan saja namun hasil dari kegiatan tersebut bisa sedikit banyak membantu membentuk akhlak dan karakter siswa menjadi  lebih baik.

Read More
Jangan Sia-siakan Ramadhan!

Jangan Sia-siakan Ramadhan!

Jangan Sia-siakan Ramadhan!

Ramadhan adalah bulan aktivitas, jangan malas, jangan gunakan "Tidurnya orang berpuasa adalah ibadah" sebagai alasan berhenti beraktivitas. Berhentinya seorang mukmin dari beraktivitas adalah kelalaian. Kekosongan adalah musuh yang mematikan, dan kesenggangan adalah sebuah kemalasan. Dan, kebanyakan orang yang selalu gundah dan hidup dalam kecemasan adalah mereka yang terlalu banyak waktu senggangnya dan sedikit aktivitasnya. 

Adapun manfaat yang mereka dapatkan dari semua itu adalah hanya sekedar desas-desus dan omong kosong yang tak berguna. Itulah keuntungan yang juga diraih oleh mereka yang tak pernah mengerjakan amalan yang bermakna dan berbuah pahala.

Gunakan waktu sebaik-baiknya, dan jangan biarkan ada satu menit pun yang terbuang sia-sia. Ingat, hari ini milik kita dan ingat, sehari saja kita kosong tak bergerak, niscaya kegundahan, keresahan, godaan dan bisikan setan akan mudah menyelinap dalam tubuh kita. Dan bila sudah demikian, maka kita akan menjadi lapangan permainan para setan.

Oleh sebab itu, jangan sia-siakan Ramadhan! Isilah bulan mulia penuh berkah dan rahmat dengan senantiasa bergerak, beribadah, bekerja, mencari ilmu, membaca al-Quran, bertasbih, mengunjungi kerabat atau sahabat dan aktivitas bermakna lainnya.

Sehingga kemenangan dan kebahagiaan bisa diraih di waktu akhir dan semoga kita menjadi Hamba Allah Yang Baik.

Read More
Marhaban Yaa Ramadhan

Marhaban Yaa Ramadhan

Marhaban Yaa Ramadhan

Bulan Ramadhan yang suci penuh berkah akan segera tiba, mari kita sambut dengan penuh kegembiraan, kebahagiaan, senyuman dan juga niat berlandaskan iman dan ikhlas untuk menghiasinya dengan ibadah yang khusu’. Marhaban Yaa Ramadhan.

Penetapan 1 Ramadhan yang kadang berbeda, hanyalah sebatas perbedaaan pada sistem penghitungannya saja. Karena dalam menentukannya, ada yang memakai sistem Hisab dan ada yang memakai sistem Rukyat.

Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah.

Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan setelah Matahari terbenam. Hilal hanya tampak setelah Matahari terbenam (maghrib), karena intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding dengan cahaya Matahari, serta ukurannya sangat tipis. Apabila hilal terlihat, maka pada petang (maghrib) waktu setempat telah memasuki bulan (kalender) baru Hijriyah. Apabila hilal tidak terlihat maka awal bulan ditetapkan mulai maghrib hari berikutnya.

Meskipun adanya perbedaan dalam penetapan 1 Ramadhan, namun perbedaan tersebut janganlah dibesar-besarkan apalagi sampai menjadikan perpecahan yang akan merugikan umat Islam sendiri.

Marilah sama-sama saling menghargai pendapat satu sama lain. Lihatlah persamaannya, jangan lihat perbedaannya, sehingga akan lebih indah kelihatannya.

"Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan, mohon maaf lahir dan bathin"

Read More
Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1437 H / 2016 M Seluruh Indonesia

Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1437 H / 2016 M Seluruh Indonesia

Bulan Agung, bulan Istimewa yang penuh berkah yakni bulan Ramadhan yang mulia akan segera tiba. Segenap umat Islam pada bulan Ramadhan diwajibkan menunaikan ibadah puasa, sebagaimana firman Allah SWT :

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa” (QS. Al-Baqarah : 183)

Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1436 H / 2015 M Seluruh Indonesia

Sebagai pelengkap dan panduan waktu dalam melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, berikut ini saya lampirkan Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1437 H / 2016 M Seluruh Indonesia. Sahabat tinggal memilih nama kota tempat tinggal sahabat.

Semoga kita semua diberi hidayah dan kekuatan oleh Allah SWT, sehingga bisa melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dengan sebaik-baiknya.


                                                                                                                      Sumber  : rukyatulhilal.org

Read More
4 Persiapan Menyambut Ramadhan

4 Persiapan Menyambut Ramadhan

4 Persiapan Menyambut Ramadhan

Bulan suci, agung dan mulia yakni Ramadhan sebentar lagi akan tiba, berbagai bentuk persiapan atau penyambutan pun ramai dilakukan, namun tidak sedikit juga yang acuh tak acuh dengan Ramadhan, bersikap seolah-olah tak ada yang istimewa atau bahkan kurang suka dengan Ramadhan karena beratnya puasa.

Lalu bagaimana bentuk penyambutan kita terhadap Ramadhan yang akan datang? Bagi muslim yang ideal, menyambut Ramadhan adalah sebuah kenikmatan tersendiri, namun ia menyambutnya dengan proporsional. Dalam suka cita, ia mempersiapkan diri sebaik-baiknya sehingga bisa beramal di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya.

Ada 4 Persiapan Menyambut Ramadhan yang perlu kita lakukan, yaitu sebagai berikut :

1. Persiapan Ruhiyah

Persiapan ruhiyah yang kita perlukan adalah dengan cara membersihkan hati dari penyakit aqidah sehingga melahirkan niat yang ikhlas.

Allah SWT menegaskan pentingnya membersihkan hati (tazkiyatun nafs) dalam firman-Nya:

“Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya.” (QS. Asy-Syams : 9)

Maka dalam waktu beberapa hari ke depan kita perlu melakukan evaluasi diri, muhasabah, apakah penyakit-penyakit aqidah masih bersarang dalam diri kita.

Sungguh sangat rugi, jika kita susah payah beramal, namun masih ada kesyirikan yang bersemayam dalam diri kita. Tak peduli sebesar apapun amal kita, jika kita syirik, menyekutukan Allah, maka amal-amal kita tidak akan diterima.

“Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al Zumar: 65)

Setelah melakukan muhasabah, selanjutnya kita bermujahadah untuk menghilangkan penyakit-penyakit itu. Alangkah indahnya saat Ramadhan tiba dan kita benar-benar dalam kondisi ikhlas menapaki hari-hari istimewa yang dibawa oleh tamu mulia itu.

Saat-saat keikhlasan bersenyawa dalam diri kita sepanjang Ramadhan merupakan saat-saat terbaik yang akan menjamin kita memperoleh ampunan Allah SWT.

“Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq 'Alaih)

2. Persiapan Fikriyah

Persiapan fikriyah yaitu membekali diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan amaliyah di bulan Ramadhan, sehingga ibadah Ramadhan kita benar-benar efektif. Seperti halnya ilmu tentang kewajiban puasa, keutamaan puasa, hikmah puasa, syarat dan rukun puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, serta sunnah-sunnah puasa. Juga tarawih, i'tikaf, zakat, dan sebagainya.

Inilah rahasia mengapa Imam Bukhari membuat bab khusus dalam Shahih-nya dengan judul Al-Ilmu Qabla Al-Qaul wa Al-Amal (Ilmu sebelum Ucapan dan Amal). Tanpa ilmu bagaimana kita bisa beramal selama bulan Ramadhan dengan benar?

“Barangsiapa beramal tanpa disertai ilmu, maka amalnya akan ditolak tidak akan diterima.” (Muttafaq 'Alaih)

3. Persiapan Jasadiyah

Ramadhan membutuhkan persiapan jasadiyah yang baik. Tanpa persiapan memadai kita bisa terkaget-kaget bahkan ibadah kita tidak bisa berjalan normal. Ini karena Ramadhan menciptakan siklus keseharian yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Kita diharapkan tetap produktif dengan pekerjaan kita masing-masing meskipun dalam kondisi berpuasa. Kita juga akan melakukan ibadah dalam porsi yang lebih lama dari sebelumnya. Shalat tarawih, misalnya.

Karenanya kita perlu mempersiapkan jasadiyah kita dengan berolah raga secara teratur, menjaga kesehatan badan, dan kebersihan lingkungan. Di sini, logika akal bertemu dengan keutamaan syar'i dalam hadits nabi:

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim)

4. Persiapan Maaliyah

Persiapan maaliyah atau persiapan harta yang diperlukan dalam menyambut bulan Ramdhan bukanlah untuk membeli baju baru, menyediakan kue-kue lezat untuk Idul Fitri, dan lain-lain. Kita justru memerlukan sejumlah dana untuk memperbanyak infaq shadaqah, memberi ifthar (buka puasa) orang lain, membayar zakat fitrah dan untuk ibadah yang lainnya. Tentu saja bagi yang memiliki harta yang mencapai nishab dan haul wajib mempersiapkan zakat hartanya.

Salah satu tuntunan Allah SWT adalah mensegerakan amal kebaikan dan upaya mendapatkan ampunan. Sebagaimana firman-Nya:

“Dan bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga-Nya yang luasnya seluas langit dan bumi; disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Ali Imran : 133)

Maka demikian pula kita mensegerakan diri dalam menyambut Ramadhan dengan persiapan ruhiyah, fikriyah, jasadiyah dan maaliyah kita.

Semoga dengan upaya kita mempersiapkan diri dalam menyambut Ramadhan, Allah SWT berkenan mempertemukan kita dengan Ramadhan, lalu memberikan taufiq kepada kita untuk mendapatkan keberkahan Ramadhan itu.

Read More