Showing posts with label mimbar jumat. Show all posts
Showing posts with label mimbar jumat. Show all posts
Belajar Pada Ayam

Belajar Pada Ayam

Belajar Pada Ayam
Pada postingan berkategori Mimbar Jumat kali ini, saya akan berbagi apa yang saya dapatkan dari mengikuti Majelis Dzikir dan Ilmu pada hari kemarin, Kamis (30/08/2012). Berikut adalah paparannya :

Alkisah diceritakan ada dua orang anak yang sedang bertengkar memperdebatkan satu pertanyaan yaitu “Siapa yang paling dulu ada, ayam atau telur?“ Anak A menjawab ayam dulu karena telur tidak akan ada kalau tidak ada ayam. Sementara anak B ngotot menjawab telur dulu, karena ayam berasal dari telur, mana mungkin ayam ada kalau tidak ada telur begitu jawabannya. Kemudian datanglah seseorang yang melerai perdebatan kedua anak tersebut, orang itu berkata : “Anak-anak apa yang kamu jawab tadi dua-duanya tidak ada yang salah, sekarang kakak mau nanya nih…….jawab yang jujur yah…., siapa yang paling  dulu bangunnya, kamu atau ayam ayoooo…..jawab? Anak-anak itu menjawab dengan polosnya,  ayaaamm……….. Kira-kira jawaban kita apa yahhh…….? 

Sahabat blogger, betapa malunya kita sama hewan yang bernama “Ayam”, padahal  kita tahu ayam rumahnya dari bambu, makanan yang dimakannya sisa dari makanan kita, buang hajatnya dimana saja, kakinya tidak pakai sandal apalagi sepatu, tapi Subhanallah… jika kita perhatikan ternyata si ayam ini tidak pernah tidur, orang suka menyebutnya “Tidur Ayam“ artinya tidur yang tidak lelap atau tidak lena.

"Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji" (QS. Al-Isra :79 ).

Apakah kita tidak malu yang katanya mahluk yang sempurna, namun ketika Allah memerintahkan untuk bangun shalat Tahajud, malah membuat pulau di bantal? Guru saya (K.H. Abdul Gaos Saefullah Al-Maslul) mengatakan : “Kalau ingin punya kedudukan harus banyak duduk”. Maksudnya, bukan duduk main kartu atau nonton sinetron, tapi duduk di atas sajadah berdzikir kepada Allah Swt. 

Mengapa orang malas untuk bangun dan melakukan shalat malam (tahajud)? Padahal keutamaannya begitu besar? Mungkin ini jawaban yang akan mewakili kebanyakan orang :

  1. Biarin aja, kan tahajud itu shalat sunnah, jika ditinggalkan juga tidak menjadi dosa
  2. Habis kalau saya bangun malam, nanti di kantor ngantuk, di sekolah ngantuk, di pabrik ngantuk,  jangan-jangan makan juga sambil ngantuk he…he…kagak kali….
  3. Ah…..saya juga tidak tahajud, uang punya, rumah megah, kendaraan bagus, tuh lihat ustadz itu… tahajudnya tak pernah ketinggalan, dzikir, mengaji, membaca al-Qurannya istiqomah. Tetap saja hidupnya susah alias melarat, kacian deehhhh

Mungkin masih banyak alasan lain yang menghalangi untuk kita ber-shalat tahajud. Nah…..sekarang yuk kita belajar pada ayam!

Mengapa ayam bisa bangun dini hari, sedangkan kita terlelap tidur dibuai mimpi indah? Karena ayam terlahir dua kali, mula-mula dari yang mati (telur) kemudian lahir yang hidup (ayam).

Berkata Nabi Isa as : “Manusia tidak akan bisa menembus pintu langit (alam malakut) jika tidak dilahirkan dua kali seperti burung yang lahir dua kali”

Makanya, kita pun harus mengalami dilahirkan dua kali. Pertama secara jismaniyah terlahir dari perut ibu sebagai manusia pilihan, sebab kurang lebih 300 juta sel telur yang masuk, hanya satu yang menjadi manusia yaitu kita. Kedua kita harus berusaha dilahirkan kembali secara ruhaniyah yaitu dilahirkan melalui dzikirullah yang ditanamkan dalam hati kita, sehingga mata hati kita terbuka dan tembus pandang kepada Allah setiap kali melihat ciptaan-Nya.

Demikianlah, semoga bermanfaat...

Read More
Idul Fitri Sebagai Proses Kembali Ke Sang Maha Pencipta

Idul Fitri Sebagai Proses Kembali Ke Sang Maha Pencipta

Idul Fitri Sebagai Proses Kembali Ke Sang Maha Pencipta
Jika kita telusuri ke belakang, pangkal mula pengertian Idul Fitri ialah ajaran dasar agama bahwa manusia diciptakan Allah dalam fitrah kesucian dengan adanya ikatan perjanjian antara Allah dan manusia sebelum manusia itu lahir ke bumi. Perjanjian primordial itu berbentuk kesediaan manusia dalam alam ruhani untuk mengakui dan menerima Allah, (Tuhan Yang Maha Esa), sebagai "Pangeran" atau "Tuan" baginya yang harus dihormati dengan penuh ketaatan dan sikap berserah diri yang sempurna (Islam). Hal ini digambarkan dalam al-Qur'an, demikian :

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengambil dari anak-cucu Adam, yaitu dari pungung-punggung mereka, keturunan mereka dan dia mempersaksikan atas diri mereka sendiri, "Bukankah Aku ini Tuhan kamu? ‘ Mereka semua menjawab :” Benar, kami bersaksi”. Demikianlah, supaya kamu tidak berkata kelak pada hari kiamat : "sesungguhnya kami lalai tentang hal ini” (QS Al A 'raf 7 : 127)

Karena setiap jiwa manusia menerima perjanjian persaksian itu, maka setiap orang dilahirkan dengan pembawaan alami untuk "menemukan" kembali Tuhan dengan hasrat berbakti dan berserah diri kepada-Nya ("ber-islam"). Melalui wahyu kepada Rasulnya, Allah mengingatkan akan adanya perjanjian itu, akan kelak di hari kiamat, ketika setiap jiwa menyaksikan akibat amal perbuatannya sendiri yang tidak menyenangkan, dikarenakan tidak mengenal Tuhannya, janganlah mengajukan gugatan kepada Tuhan dengan alasan tidak menyadari akan adanya perjanjian itu. Sebab, terkias dengan dunia bawah sadar dalam susunan kejiwaan kita, perjanjian primordial tersebut tidak dapat kita ketahui dan rasakan dalam alam kesadaran, tetapi tertanam dalam bagian diri kita yang paling dalam, yaitu ruhani kita. Maka kita semua sangat rawan untuk lupa dan lalai kepada kenyataan ruhani.

"Sesungguhnya merugilah orang-orang yang mendustakan akan menemui Allah sehingga apabila datang Hari Berbangkit dengan tiba-tiba mereka berkata : "Aduhai penyesalan kami atas kelengahan kami (karena tidak mau menemui Allah ketika masih hidup) di dunia" Sungguh mereka memikul dosa, amat berat apa yang mereka pikul itu ". (QS Al An 'am 6 : 31)

Biarpun jauh sekali berada dalam bagian-bagian dasar kedirian kita, yang berhubungan dengan alam kejiwaan bawah sadar, namun karena adanya perjanjian primordial itu maka kesadaran kita tetap mempengaruhi seluruh hidup kita. Adanya perjanjian primordial itu, yang sama dengan alam bawah sadar, merupakan asal muasal pengalaman tentang kebahagiaan dan kesengsaraan. Kita dapat periksa secara analitis kedirian kita yang terdiri dari paling tidak tiga jenjang kewujudan : pertama, wujud kebendaan atau jasmani (jimani, fisiologis); kedua, wujud kejiwaan atau nafsani (nafsani, psikologis); dan ketiga, wujud kesukmaan atau ruhani (ruhani, spiritual). Pengalaman bahagia atau sengsara yang berpangkal dari keberhasilan atau kegagalan memenuhi perjanjian dengan Tuhan adalah merupakan pengalaman ruhani.

Keutuhan atau keterpecahan psikologis merupakan pangkal pengalaman senang atau susah yang lebih tinggi dan mengatasi perasaan nyaman dan tidak nyaman oleh keadaan badan yang sehat atau sakit. Dan pengalaman bahagia atau sengsara dalam dimensi ruhani mengatasi dan lebih tinggi dari pada pengalaman manapun, psikologis, apalagi fisiologis, hidup manusia. Jadi juga lebih hakiki, lebih abadi, dan lebih wujud dari pada lain-lainnya itu.

Semua pengalaman fisiologis nyaman atau tidak nyaman, pengalaman psikologis senang atau tidak senang, dan pengalaman spiritual bahagia atau tidak bahagia selalu terkait dengan terpenuhi atau tidak terpenuhi hasrat untuk kembali kepada asal. Sejak dari bayi yang merindukan ibunya dan merasa tenteram setelah berkumpul dengan ibunya itu, sampai kepada kerinduan setiap orang untuk berkumpul dengan keluarganya dan kembali ke kampung halaman tempat ia dilahirkan atau dibesarkan (yang merupakan dasar kejiwaan dorongan "mudik", saat lebaran), hasrat untuk kembali ke asal itu langsung berkaitan dengan pengalaman-pengalaman mendalam pada masing-masing diri manusia.

Hasrat untuk kembali yang paling hakiki ialah hasrat untuk kembali menemui Tuhan, asal segala asal hidup manusia. Terkias dengan hasrat seorang anak untuk kembali kepada orang tuanya yang diwujudkan dalam keinginan naluriah untuk berbakti kepada keduanya, hasrat untuk kembali kepada Tuhan juga disertai dengan keinginan naluriah untuk berbakti atau menghambakan diri ('abda, ber-ibadah) dan berserah diri (aslama, ber-Islam) kepada-Nya. Tidak ada bakat atau pembawaan manusia yang lebih asli dan alami dari pada hasrat untuk menyembah dan berbakti. Karena itu semua, maka ada ungkapan suci, "Kita semua berasal dari Allah dan kita semua kembali kepada-Nya" (QS 2:156). Karena itu wajar sekali bahwa seruan dalam Kitab Suci agar semua manusia kembali (ber-inabah) kepada Tuhan sekaligus dibarengi dengan seruan untuk berserah diri (ber-islam) kepada-Nya.

Sumber: http://risallah-hati.blogspot.com

Read More
Idul Fitri dan Hikmah Ibadah Puasa

Idul Fitri dan Hikmah Ibadah Puasa

Idul Fitri dan Hikmah Ibadah Puasa
Idul Fitri adalah hari suka cita, suka cita bukan karena banyaknya makanan atau memakai baju baru, tapi suka cita, karena kita telah selesai melaksanakan perintah Allah, yaitu ibadah puasa Ramadhan, dengan penuh harapan semoga ibadah puasa kita diterima oleh Allah Swt sehingga jadi wasilah untuk meraih ridha dan maghfirah-Nya.

Meskipun puasa kita laksanakan hanya sebulan, tapi hikmahnya semoga bisa terasa selama setahun, bahkan selama kita masih hidup di dunia serta diteruskan sampai ke alam akhirat. Sehingga dimana kita berjumpa dengan Allah Swt kelak, dalam keadaan Allah ridha kepada kita dan kita pun ridha pada-Nya.

Begitu juga, hikmah dari ibadah puasa bukan hanya untuk kita sendiri saja, namun harus mempunyai nilai sosial, yang terasa nikmat serta manfaatnya bukan oleh kita saja tapi juga oleh khalayak banyak, yang menjadi anggota masyarakat. 

Kalau bagi seorang pemimpin, hikmah dari puasa bisa terlihat dan terasa oleh anak buahnya, berupa nasihat yang membawa pada keselamatan, kemaslahatan dan kesejahteraan yang merata. Bagi anak buah atau rakyat terlihat dari ketaatan dan kepatuhan kepada pemimpinnya. Bagi yang kaya yang dititipi harta akan terlihat dan terasa kedermawanannya kepada yang membutuhkan. Buat pedagang akan lebih berhati-hati dalam urusan jual beli, tidak akan berani lagi menjual dengan timbangan yang ringan, membeli dengan timbangan yang berat. Untuk petani akan lebih waspada terhadap urusan batas tanah, tak akan berani lagi mencangkul pematang orang lain sehingga tanahnya bertambah luas. Tegasnya hikmah dari ibadah puasa, adanya perubahan dari yang jelek kepada yang baik. 

Yang disebut benar dan baiknya ibadah, bukan hanya dilihat dari cara dan tempat serta waktunya saja, tapi bisa dilihat dari hikmahnya dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun caranya benar menurut sunnah, tapi hikmahnya tidak terasa maka ibadah tersebut belum tentu bisa diterima oleh Allah Swt. Sebagaimana diterangkan dalam sebuah riwayat, bahwa ada seorang wanita yang rajin shalat, baik yang fardhu maupun yang sunnah. Para sahabat menilai wanita tersebut akan menjadi ahli surga. Sebab dilihat dari rajinnya melaksanakan shalat. Tapi, menurut Rasulullah Saw wanita tersebut bukanlah calon ahli surga melainkan calon ahli neraka. Para sahabat kaget, lalu bertanya pada Rasulullah tentang alasannya, Rasulullah Saw menjawab, bahwa wanita tersebut meskipun rajin shalat, tapi suka menyakiti atau menganggu tetangganya. Hal ini menunjukkan bahwa shalat yang dilakukan oleh wanita tersebut, hanya sekedar memperhatikan cara, tempat dan waktunya saja. Tidak memperhatikan hikmahnya shalat, yaitu akhlak yang baik dan mulia terhadap tetangga, selaku teman hidup sehari-hari.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim disebutkan : “Empat macam sifat yang barangsiapa ada padanya keempat macam sifat itu, berarti dia orang munafik tulen. Dan barangsiapa yang ada padanya sebahagian daripada sifat-sifat tersebut berarti ia mengandung sebahagian daripada sifat munafik sehingga ia mau meninggalkannya. Apabila dia berbicara, berdusta. Apabila dipercaya, khianat. Apabila berjanji ia menyalahi akan janjinya. Dan apabila bertengkar, berbuat curang”

Dalam hadits  tersebut kita bisa mengetahui, bahwa baik dan benarnya ibadah, bisa dilihat dari hikmahnya yang terlihat dan terasa saat bergaul dalam kehidupan sehari-hari dengan sesama. 

Khusus untuk ibadah puasa, Allah Swt memberitahu tujuannya, yaitu supaya orang-orang yang beriman menjadi orang-orang yang takwa. La’allakum tattaquun. Memang pada bulan Ramadhan, suasana ketakwaan terlihat dan terasa oleh kita semua. Orang yang sedang melaksanakan puasa mampu menahan dirinya dari segala perbuatan yang diharamkan oleh Allah Swt, dan memaksakan diri untuk melaksanakan segala yang diperintahkan Allah Swt dan Rasul-Nya. Mesjid-mesjid makmur, penuh dengan jamaah shalat tarawih, pada waktu sahur dan subuh ramai membaca al-Quran melalui pengeras suara, kotak-kotak amal penuh dengan uang dari sedekah dan infak, artis-artis turut serta memberi ceramah agama, malah mendadak memakai tudung. Di radio, di TV penuh dengan acara yang bernuansa Islami, itu semua tidak bisa ditolak merupakan suasana ketakwaan. Tapi suasana ketakwaan yang diharapkan oleh Allah tentunya bukan hanya saat Ramadhan saja, tapi harus tetap selamanya, selama kita masih hidup di alam dunia.

Mudah-mudahan Idul Fitri dan ibadah puasa Ramadhan tahun ini, bisa mengantarkan kepada tumbuhnya kesadaran dalam diri kita, sehingga hikmahnya tidak sekedar pahalanya saja, tetapi lebih dari itu, memiliki kekuatan untuk merubah sikap dan tingkah laku yang tidak sepadan dengan agama menjadi sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Sehingga membawa kepada keselamatan dunia dan akhirat.

Read More
Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah

Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah

Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah
Ramadhan telah memasuki 10 hari terakhir, selain ibadah puasa dan ibadah yang lainnya ada satu lagi kewajiban bagi umat Islam yaitu mengeluarkan Zakat Fitrah

Zakat Fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu lelaki dan perempuan muslim yang berkemampuan pada bulan Ramadhan dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Sedangkan besar zakat fitrah yang dikeluarkan menurut para ulama adalah sesuai penafsiran terhadap hadits yaitu sebesar satu sha' (1 sha'=4 mud, 1 mud=675 gr) atau kira-kira setara dengan 3,5 liter atau 2.5 kg makanan pokok atau yang biasa dikonsumsi di daerah bersangkutan.

Penerima zakat fitrah secara umum ditetapkan dalam 8 golongan/asnaf, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah ayat 60 :

“Sesungguhnya, zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah.”

Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah :

  1. Waktu yang paling tepat adalah mulai dari terbit fajar pada hari ‘Idul Fithri hingga dekat waktu pelaksanaan shalat ‘ied.
  2. Waktu yang dibolehkan yaitu satu atau dua hari sebelum ‘ied.
  3. Boleh juga dibayarkan sejak awal Ramadhan

Bacaan Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah Untuk Diri Sendiri :

“Nawaitu an ukhrija zakatal fithrati ‘an nafsi fardhan ‘alayya lillahi ta’ala”
Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri, wajib atasku karena Allah ta’ala.

Bacaan Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah Untuk Keluarga :

“Nawaitu an ukhrija zakatal fithrati ‘an nafsi wa ahli……fardhan ‘alayya lillahi ta’ala”
Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah, bagi diriku dan keluargaku (sebutkan namanya satu persatu; istri, anak-anak dan yang menjadi tanggungan) wajib atasku karena Allah Ta’ala.

Bacaan Doa Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah Untuk Orang lain :

“Nawaitu an ukhrija zakatal fithrati li…fardhan lillahi ta’ala”
Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah bagi… ( namanya) karena Allah ta’ala.

Bacaan Doa Menerima Zakat Fitrah :

“Ajarakallahu fiimaa  a’thaita wa baaraka fiimaa abqaita waja’ala laka thahuuraa”
Semoga Allah Membalas apa yang engkau beri dan memberkahi harta yang engkau sisakan dan menjadikannya harta yang bersih untukmu.

Read More
Nuzuulul Quran : Bacaan dan Perkembangannya

Nuzuulul Quran : Bacaan dan Perkembangannya

Nuzuulul Quran : Bacaan dan Perkembangannya

Pada postingan Mimbar Jumat kali ini, saya ingin berbagi pengetahuan tentang al-Quran yang saya dapat dari halaman Facebook KH Muchtar Adam, beliau adalah Dewan Pembina di Pondok Pesantren Babussalam, Bandung Jawa Barat. Alhamdulillah beliau telah mengizinkan saya untuk menyalinnya di blog Dunia Info dan Tips ini dan hanya sedikit sekali yang saya tambahkan.

Ramadhan disebut bulan al-Quran, karena didalamnya ada peristiwa besar bagi umat Islam, yaitu Nuzuulul Quran (Turunnya al-Quran). Sehingga salah satu amalan sunnah bulan Ramadhan yang utama adalah tadarrus al-Quran. Al-Quran diturunkan oleh Allah dalam 3 tahapan yaitu :
  1. Dari Allah ke Lauhil Mahfudz yang semua orang tidak tahu kapan, tanggal, bulan, dan tahunnya. Diturunkannnya secara sekaligus (jumlatan wahidatan).
  2. Dari Lauhil Mahfudz ke Bait al-'Izzah (langit dunia) pada waktu Lailatul Qadar di bulan Ramadhan, namun tanggalnya tak diketahui. Surat Al-Qadr ayat 1 dan Al-Baqarah ayat 185 adalah ayat yang menunjukkan turunnya Al-Quran dari Lauhil Mahfudz ke Bait al-'Izzah. Diturunkannnya secara sekaligus (jumlatan wahidatan).
  3. Dari Bait al-'Izzah kepada Rasulullah Saw. Penurunannya tidak sekaliigus, namun berangsur-angsur berdasarkan kebutuhan, peristiwa, atau kejadian atau bahkan permintaan lewat malaikat jibril. Ayat pertama turun tepat pada tanggal 17 Ramadhan, surat Al-‘Alaq ayat 1-5. 

7 Macam Bacaan Al-Quran (Qiraah Sab’ah)


إن هذا القرآن أنزل على سبعة أحرف فالقرؤا ما تيسر منه
"Sesungguhnya al-Quran ini diturunkan dengan 7 macam bacaan, maka hendaklah kalian membaca dengan cara yg mudah dari padanya." 

Cara-cara yang diajarkan Nabi itu berasal dari Malaikat Jibril. Hal ini sesuai dengan hadits yg diriwayatkan oleh Bukhari yg artinya : “Malaikat Jibril telah membacakan kepadaku dengan satu cara bacaan, tetapi kami memohon mengulanginya, sehingga aku selalu minta mengulanginya maka dia selalu menambah bacaan kepadaku sehingga sampai berjumlah 7 bacaan.” 

Pakar 7 ahli qiraah itu : 
  1. Madinah : Imam Nafi'bin A.Rahman. Perawinya : Qulun Abu Musa Isa bin Mina dan Warasy Abu Sa'id Utsman bin Sa'id.
  2. Kufah : Abu Bakar 'Ashim bin Abi Nujud al-Asadi. Perawinya : Abu Syu'bah bin Ilyas dan Abu Amar Hafasy bin Sulaiman.
  3. Kufah : Hamzah bin Habib al-Timi. Perawinya : Abu Muhammad dan Abu Isa
  4. Syam : 'Abdullah bin Amir. Perawinya : Al-Bazzidan Qunbul.
  5. Makkah : Abu Ma'bad 'Abdullah bin Katsir. Perawinya : Abu Bakar Abu Amar.
  6. Bashrah : Abu Amr. Perawinya Al-Durawi Abu Amr Hafas dan AlSusi.
  7. Kufah : Abu Hasan Ali bin Hamzah al-Kisai. Perawinya : Abdul Harisal-Laits. 

Tujuh qiraah ini sangat populer di kalangan ahli quran dengan sebutan “Qiraah Sab’ah”  Sampai saat ini diakui sebagai qiraah yang memiliki derajat mutawatir dan sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw.

Imam Al-Maliki mengatakan, ada 2 alasan mengapa dinamakan qiraah sab’ah, yaitu 
  1. Khalifah Ustman ketika mengirim copy mushhaf ke daerah-daerah itu jumlahnya 7 buah yang masing-masing disertai dengan ahli qiraah yang mengajarkannya yang berjumlah 7.
  2. 7 qiraah itu adalah sama dengan 7 cara (dialek) bacaan diturunkannya Al-Quran.

Sejarah Perkembangan 'Ulum al-Quran

  1. 'Utsman bin 'Affan, perintis 'Ilmu Rasmi al-Quran (Rasmi 'Utsmani) yaitu tulisan dan penulisan al-Quran. 
  2. 'Ali bin Abi Thalib perintis I'rab al-Quran, yang memerintahkan kepada Abu al-Aswad al-Duali (69 H) untuk menyusun grammar bahasa Arab (Nahwu). Ini dilaksanakan semata-mata menjaga bahasa Arab dari berbagai pencemaran, teristimewa untuk menjaga kesucian al-Quran.

Setelah berakhir masa Khulafaurrasyidin, maka muncullah 3 Pesantren al-Quran yg dipelopori oleh Sahabat Rasulullah Saw :

1. Di Madinah, tokohnya Ubay bin Ka'ab, dengan metode tafsirnya :
  • Al-Quran ditafsirkan dengan al-Sunnah
  • Tafsir melalui pemahaman yang disandarkan kepada keumuman Islam (Manhij al-Mufassirunal-Tafsir fi 'Ashri al-Shahabah 153-154) Penafsiran yang bertolak dari Asbab al-Nuzul.
2. Di Mekah, tokohnya 'Abdullah bin 'Abbas yang dikenal dengan Ibnu 'Abbas, dengan metode tafsirnya :
  • Al-Quran ditafsirkan dengan al-Quran
  • Ayat ditafsirkan dengan al-Sunnah
  • Ayat ditafsirkan dengan al-ra'yu (akal) yang sesuai dengan jiwa umumnya al-Quran dan al-Sunnah (Manhij al-Mufassirunal-Tafsir Ashri al-Shahabah 1/68-70)
3. Di Kufah, tokohnya 'Abdullah bin Mas'ud, yang dikenal dengan Ibnu Mas'ud, dengan metode tafsirnya:
  • Al-Quran ditafsirkan dengan al-Quran (Ayat dengan Ayat) 
  • Jika beliau tidak menemukan al-Quran, maka beliau menafsirkan dengan al-Sunnah
  • Jika tdk menemukan sunnah Nabi, maka Ibnu Mas'ud menafsirkan dari segi pemahaman bahasa Arab

Dari 3 Pesantren al-Quran dengan pakar-pakarnya dari sahabat tersebut, lahirlah ulama Tabi'in yaitu : 

1. Madinah, santri Ubay bin Ka’ab
  • Abu al-'Aliyah al-Rayahi (wafat 708 M)
  • Muhammad bin Ka'ab al-Qarzi (wafat 735 M)
  • Zaid bin Aslam (wafat 747 M)
  • A. Rahman bin Zaid (salah satu guru Imam Malik)
  • Sa'id bin Musayyab
2. Mekah, santri Ibnu 'Abbas :
  • Sa'id bi Zubair
  • Mujahid ibn Jabar al-Makki (wafat 722 M) 
  • Ikrimah (wafat 723 M)
  • Thawus Ibnu Kaysan al-Yamani ( wafat 724 M)
  • Atha Ibnu Abi Rabah (wafat 732 M)
  • Abu al-Sya'syai Jabir bin Zaid (wafat 93 H)
3. Kufah, santri Ibnu Mas'ud :
  • Zar bin Habiysyi bin Habasyah (wafat 82 H)
  • Abdurrahman al-Salma (wafat 74 H)
  • Ubaid bin Nadlah (wafat 75 H)
  • Alqama bin Qays bin 'Abdillah al-Nakhaiy al-Kufi (wafat 62 H)
  • Hasan Bashri yang terkenal Ulama Fiqhi, Ulama Tafsir dan Ulama Shufi (wafat 738 M), 
  • Qatadah al-Sadusi (wafat 735 ) dan lain-lain... 

Dari 3 Pondok Pesantren ini berkembanglah Tafsir, dan Fiqhi Islam yang berbeda-beda, yang membutuhkan keuletan menelitinya, tidak cukup mengamblil dari satu orang saja, dari satu kitab saja, dan setiap yang berbeda jangan langsung dituduh sesat, bid'ah dan sebagainya, alangkah piciknya hal itu. Dari guru-guru inilah nanti lahir Fuqaha, yaitu ahli-ahli fiqhi yang masing-masing berbeda-beda pendapat dan fahamnya.

Semoga bermanfaat…

Read More
Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan

Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan

Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan

Umat Islam, selain harus merasa gembira dan bahagia dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang penuh berkah, serta melakukan sedikitnya 4 persiapan pada diri dan jiwa masing-masing. Juga ketika telah memasukinya kita jangan menyia-nyiakan Ramadhan atau membiarkan bulan penuh rahmat berlalu begitu saja. Namun diharapkan kita mengisinya dengan berbagai amalan, diantaranya dengan Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan.


Makan sahur dan mengakhirkannya

Rasulullah SAW Bersabda :
“Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Zar Al-Ghifari ra. dengan riwayat marfu`, ”Umatku masih dalam kebaikan selama mendahulukan buka puasa dan mengakhirkan sahur.” (HR. Ahmad)

Dari Abi Said al-Khudri RA : “Sahur itu barakah maka jangan tinggalkan meski hanya dengan seteguk air.” (HR. Ahmad)

Menyegerakan Berbuka Puasa

Menyegerakan berbuka akan mendatangkan kebaikan. Rasulullah SAW bersabda :
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengawali berbuka puasa dengan kurma, atau makanan yang manis-manis, namun kalau tidak ada maka dengan minum air. ”Rasulullah SAW berbuka dengan rutbaat (kurma segar) sebelum beliau shalat, apabila tidak ada maka dengan beberapa tamar (kurma) dan apabila tidak ada, beliau meminum air.” (HR Abu Dawud)

Membaca Al Qur’an

Ramadhan disebut juga bulan al-Quran, karena pada bulan Ramadhan untuk pertama kalinya al-Quran diturunkan.

Firman Allah SWT :
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (Al-Baqarah : 185)

Al-Qur'an diturunkan untuk dibaca oleh setiap muslim, direnungkan dan dipahami makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhan dan pemberi syafa'at baginya pada hari Kiamat. Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat dan celaka di dunia dan akhirat, sebagaimana firmanNya "Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (Thaha:123),

Maka alangkah baik dan tepat, bila kita memperbanyak membaca al-Quran di bulan Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda :
"Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR. At-Tirmidzi, katanya: hadits hasan shahih).

Shalat tarawih

Salah satu keutamaan bulan Ramadhan yang tidak kita dapati pada bulan yang lain adalah adanya shalat tarawih dengan pahalanya yang begitu melimpah. Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa shalat tarawih dengan dilandasi keimanan dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Meninggalkan perkataan kotor

Selalu berpikir positif dan melakukan hal-hal yang bermanfaat serta meninggalkan perkataan-perkataan yang sia-sia apalagi kata-kata kotor yang dapat merusak pahala ibadah puasa.
Dari Abu hurairah ra bahwa Nabi Muhammad saw bersabda : ”Berpuasa bukan hanya (menahan) dari makan dan minum, sesungguhnya berpuasa dari lagwun (perbuatan yang sia-sia) dan rafats (perkataan yang kotor)…” ( HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Hakim)

Memperbanyak Sedekah

Salah cara untuk meraih keuntungan besar di bulan Ramadhan adalah dengan memperbanyak sedekah. Sebagai upaya dan ungkapan rasa kasih sayang terhadap fakir miskin. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umatnya untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah. Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta’ala, sebagaimana hadits:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi)

Diantara sedekah di bulan Ramadhan adalah memberi ifthar, yaitu memberi makan kepada orang yang berpuasa.

Rasulullah Bersabda :
“Barang siapa yang memberi ifthar (untuk berbuka) orang-orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun.” (HR Bukhari dan Muslim)

Memperbanyak Doa

Doa orang berpuasa adalah salah satu doa yang paling mustajab. Dalam kondisi seseorang berpuasa, apalagi jika yang berpuasa itu bukan hanya panca inderanya, akan tetapi juga hatinya ikut berpuasa maka doanya akan mudah dikabulkan oleh Allah Swt. Diantara sebab dikabulkannya doa adalah bersihnya hati, sehingga cahaya doa dapat langsung menembus arys dan didengar serta dikabulkan oleh Allah Swt.

I‘tikaf

Disunnahkan untuk beri‘tikaf terutama pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Salah satunya untuk mendapatkan pahala lailatul qadar yang menurut Rasulullah SAW ada pada malam-malam 10 terakhir bulan Ramadhan. Dengan mengkhususkan diri berdiam selama beberapa hari di masjid untuk lebih ber mujahadah dalam ibadah. 

Aisyah RA berkata, ”Bila telah memasuki 10 malam terakhir bulan Ramadhan, Nabi SAW menghidupkan malam, membangunkan keluarganya (isterinya) dan meninggalkan isterinya (tidak berhubungan suami isteri)." (HR Bukhari dan Muslim)

Demikianlah beberapa diantara Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan, yang perlu dilakukan sebagai penyempurna ibadah puasa kita. Sebetulnya masih banyak amalan-amalan yang lain, oleh karena itu jika berkenan sahabat blogger dan pembaca sekalian bisa menambahkannya di dalam kotak komentar.

Read More
Jangan Sia-siakan Ramadhan!

Jangan Sia-siakan Ramadhan!

Jangan Sia-siakan Ramadhan!

Ramadhan adalah bulan aktivitas, jangan malas, jangan gunakan "Tidurnya orang berpuasa adalah ibadah" sebagai alasan berhenti beraktivitas. Berhentinya seorang mukmin dari beraktivitas adalah kelalaian. Kekosongan adalah musuh yang mematikan, dan kesenggangan adalah sebuah kemalasan. Dan, kebanyakan orang yang selalu gundah dan hidup dalam kecemasan adalah mereka yang terlalu banyak waktu senggangnya dan sedikit aktivitasnya. 

Adapun manfaat yang mereka dapatkan dari semua itu adalah hanya sekedar desas-desus dan omong kosong yang tak berguna. Itulah keuntungan yang juga diraih oleh mereka yang tak pernah mengerjakan amalan yang bermakna dan berbuah pahala.

Gunakan waktu sebaik-baiknya, dan jangan biarkan ada satu menit pun yang terbuang sia-sia. Ingat, hari ini milik kita dan ingat, sehari saja kita kosong tak bergerak, niscaya kegundahan, keresahan, godaan dan bisikan setan akan mudah menyelinap dalam tubuh kita. Dan bila sudah demikian, maka kita akan menjadi lapangan permainan para setan.

Oleh sebab itu, jangan sia-siakan Ramadhan! Isilah bulan mulia penuh berkah dan rahmat dengan senantiasa bergerak, beribadah, bekerja, mencari ilmu, membaca al-Quran, bertasbih, mengunjungi kerabat atau sahabat dan aktivitas bermakna lainnya.

Sehingga kemenangan dan kebahagiaan bisa diraih di waktu akhir dan semoga kita menjadi Hamba Allah Yang Baik.

Read More
Pikirkan dan Syukurilah!

Pikirkan dan Syukurilah!

Pikirkan dan Syukurilah!
Pikirkan dan syukurilah! Artinya, ingatlah yang Allah anugerahkan kepada kita. Karena Dia telah melipat gandakan nikmat-Nya dari ujung rambut hingga ke bawah kedua telapak kaki.

"Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya" (QS. Ibrahim : 34)

Kesehatan badan, sandang pangan, udara dan air, semuanya tersedia dalam hidup kita. Namun begitulah, kita memiliki dunia, tetapi tidak pernah menyadarinya. Kita menguasai kehidupan, tetapi tak pernah mengetahuinya.

"Dan, Dia menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu lahir dan batin" (QS. Luqman : 20)

Kita memiliki dua mata, satu lidah, dua bibir, dua tangan dan dua kaki.

"Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar-Rahman : 13)

Apakah kita mengira bahwa, berjalan dengan kaki itu sesuatu yang sepele, sedang kaki acapkali menjadi bengkak bila digunakan berjalan terus-menerus tiada henti? Maka sadarilah, betapa hinanya diri kita manakala tertidur lelap, ketika sanak saudara di sekitar kita masih banyak yang tidak bisa tidur karena sakit yang mengganggunya? Pernahkah kita merasa nista manakala dapat menyantap makanan lezat dan minuman dingin saat masih banyak orang di sekitar kita yang tidak bisa makan dan minum karena sakit?

Coba pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya Allah menjauhkan kita dari ketulian. Coba renungkan dan raba kembali mata kita yang tidak buta. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak kita yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan.

Adakah kita ingin menukar mata kita dengan emas sebesar gunung, atau menjual pendengaran kita seharga perak satu bukit? Apakah kita mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah kita, hingga kita bisu? Maukah kita menukar kedua tangan kita dengan untaian mutiara, sementara tangan kita buntung?

Begitulah, sebenarnya kita berada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempurnaan tubuh, tetapi kita tidak menyadarinya. Kita tetap merasa resah, suntuk, sedih, dan gelisah, meskipun kita masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus beraktivitas.

Kita acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga kita pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa kita mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya kita masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagiaan, karunia, kenikmatan dan lain sebagainya. Maka pikirkan semua itu, dan kemudian syukurilah!

"Dan, pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan" (QS. Adz-Dzariyat : 21)

Pikirkan dan renungkan apa yang ada pada diri, keluarga, rumah, pekerjaan, kesehatan, dan apa saja yang tersedia di sekeliling kita. Dan janganlah termasuk golongan :

"Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya" (QS. An-Nahl : 83)

Read More